Kerajinan Tritik-Jumputan menjadi bukti bahwa karya tekstil tradisional Indonesia dapat lahir dari alat-alat sederhana. Dalam proses pembuatannya, para pengrajin tidak memerlukan mesin industri besar atau peralatan canggih. Justru, sebagian besar alat yang digunakan bisa dengan mudah ditemukan di rumah atau lingkungan sekitar. Hal inilah yang menjadikan Tritik-Jumputan sebagai bentuk kreativitas rakyat yang inklusif dan berkelanjutan.

1. Peralatan Dasar Pembuat Motif

Untuk membuat pola dan perintang warna, pengrajin cukup menyiapkan:

Gunting, jarum tangan, mata nenek, dan pemotong benang untuk menjahit atau mengikat kain.

Pendedel sebagai alat membuka jahitan setelah proses pewarnaan.

Pensil kain, penggaris, dan penggaris pola acrylic untuk membuat desain motif.

Semua alat tersebut merupakan perlengkapan menjahit yang umum dimiliki di rumah tangga, bahkan oleh pemula sekalipun.

2. Peralatan Pewarnaan Alami yang Praktis

Tahap pewarnaan alami juga tidak memerlukan alat khusus. Pengrajin hanya membutuhkan:

Panci, kompor, pengaduk kayu, dan gelas ukur untuk merebus bahan pewarna.

Ember atau wadah plastik bertutup, timbangan, gawangan, jepit jemuran, dan sarung tangan karet untuk proses pencelupan dan pengeringan.

Peralatan sederhana ini bisa disesuaikan dengan skala produksi, dari rumahan hingga industri kecil.

Kelebihan utama teknik Tritik-Jumputan dengan pewarnaan alami adalah kemudahan dalam menyiapkan peralatan. Semua kebutuhan dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, menjadikannya pilihan ideal bagi pelaku IKM dan masyarakat yang ingin memulai usaha kreatif berbasis kearifan lokal.

Baca juga:

Eksplorasi Teknik Tritik-Jumputan dengan Pewarna Alami secara Simultan 

Bahan Baku Pembuatan Tekstil Kerajinan Tritik-Jumputan dengan Pewarnaan Alami