WhatsApp

Koleksi Buku Perpustakaan BBKB

             




Jumlah Data : 7026

No Judul Abstrak Pengarang Penerbit Tahun Subyek
1631 Pengolahan Bahan Baku Alternatif Sant Untuk Kerajinan
Kode Panggil: BBKB 677.1 Sya p 2012
Potensi serat alam non tekstil di Indonesia sangat beragam, ada lebih seratus serat yang berpotensi untuk bahan kerajinan, namun masyarakat belum banyak yang memanfaatkan karena keterbatasan informasi cara pengolahan. Diharpkan penelitian ini mampu menjawab kebutuhan aneka ragam bahan baku industri kerajinan yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah bahan baku alternatif Serat Alam Non Tekstil (SANT) untuk kerajinan, yaitu serat dari tanaman kudzu (pueraria sp), tanaman doyo (Curculigo latifolia) dan tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata). Pengolahan serat meliputi proses pemasakan (Scouring) dengan menggunakan NaOH 10g/l, NaCO3 2g/l, TRO 2g/l dengan suhu 95'C selama 1 jam, mordanting dengan tawas 5g/l, soda abu 2g/l, dengan suhu 95'C selama 1 jam dan pencelupan panas dengan zat warna alam (tingi, tegeran dan jalawe) sebanyak 2 kali pengulangan dilanjutkan fiksasi dengan tawas, tunjung, kapur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganeka ragamkan bahan SANT untuk kerajinan. Hasil pengujian ketahanan luntur terhadap sinar matahari untuk serat kudzu bernilai 5 atau baik sekali pada standar skala abu-abu untuk semua zat warna alam, sedangkan untuk serat doyo bernilai 4-5 atau baik pada jalawe fiksasi kapur dan jalawe fikasasi kapur-tunjung, sedangkan untuk zar warna lain bernilai 5 atau baik sekali. Serat lidah mertua tidak dapat diujikan karena adanya keterbatasan bahan baku, sehingga untuk pengembangan disarankan dengan memperhatikan ketersediaan bahan baku. Kata Kunci: serat kudzu, doyo, lidah mertua, pewarnaan alam, uji tahan luntur. Dana Kurnia Syahbana,S.ST Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 Serat Alam Non Tekstil
1632 Pengembangan Dan Pengelolaan Lembaga Penilaian Kesesuaian (Laboratorium Pengujian Dan Kalibrasi)
Kode Panggil: BBKB 061.62 Pra p 2012
Pengembangan dan Pengelolaan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) lab Uji/Kalibrasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2012 di Balai Besar Kerajinan dan Batik. Program ini dilaksanakan sebagai penguatan struktur Balai Besar Kerajinan dan Batik dan peningkatan secara berkelanjutan agar LPK yang telah dibentuk tetap eksis dan konsisten terhadap persyaratan yang diacu. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengembangan LPK ini meliputi: 1. Persiapan 2. Identifikasi Dokumen 3. Konsultasi dan rapat-rapat 4. Studi Banding 5. Pengadaan bahan dan peralatan 6. Kalibrasi peralatan 7. Pelatihan SDM (internal/eksternal) 8. Audit Internal 9. Penyempurnaan dokumen 10. Kaji Ulang Manajemen 11. Survailen KAN 12. Perbaikan ketidaksesuaian 13. Evaluasi 14. Penyusunan Laporan Dengan adanya asesment penambahan ruang lingkup dan survailen dari KAN dapat membantu dalam penerapan sistem sesuai dengan persyaratan yang diacu. Pengadaan sarana dapat mendukung kinerja LPK dalam peningkatan pelayanan terhadap pelanggan. Pelatihan internal/eksternal dibidang teknis maupun manajemen dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia yang ada di LPK. Dalam peningkatan terhadap pelanggan. Kata Kunci: LPK, asesmen, survailen Pratiwi, SE Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 Laboratorium Kalibrasi
1633 Optimalisasi Pengelolaan Pelayanan Prima Di BBKB
Kode Panggil: BBKB 658.8 Uma o 2012
Pelayanan prima (service excellence) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat. Salah satu aspek penting dalam pelayanan prima adalah menjaga dan selalu meningkatkan kualitas pelayanan untuk mempertahankan dan memuaskan pelanggan yang ada. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui kepuasan pelanggan atas beberapa layanan, membentuk data base pelanggan dengan informasi yang lebih lengkap serta mempercepat pelayanan kepada pelanggan kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu persiapan, koordinasi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan selama 10 bulan. Keluaran yang di harapkan adalah hasil survey kepuasan pelanggan dan data base pelanggan. Kepuasan pelanggan diukur dengan metode servqual yang mengukur perbedaan antara nilai persepsi dengan nilai yang diharapkan oleh pelanggan dari pelayanan yang diberikan BBKB. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan pelanggan pelatihan dan pengujian. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa kepuasan pelanggan pelatihan secara rata-rata cukup puas dengan pelayanan yang diberikan terkait dengan semua aspek pelayanan realibility, assurance, tangible, emphty, responsivieness. Disamping itu dari perhitungan nilai servqual berbobot (WSC) diperoleh hasil bahwa responsivieness (-0,32) merupakan aspek yang di prioritaskan untuk diperbaiki kinerjanya, diikuti realibility (-0,11), tangible (0,04), empathy (0,18) serta assurance (0,80). Kepuasan pelanggan pengujian secara rata-rata cukup puas dengan pelayanan yang diberikan, dengan nilai WSC tangible (-0,49) diikuti empathy (-0,30), assurance (-0,20), responsiveness (-0,06) serta realibility (0,28), sehingga yang menjadi prioritas perbaikan pada aspek tangible. Kata Kunci: kepuasan pelanggan, pelayanan prima, metode servqual Siti Rohmatul Umah,SE.,MT Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 Pelayanan Prima
1634 Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Untuk Bahan Baku Zat Warna Alam Siap Pakai
Kode Panggil: BBKB 667.27 Car p 2012
Zat warna yang berasal dari alamterutam atumbuh-tumbuhan dapat digunakan untuk mewarnai . potensi sumber zat warna alam ditentukan oleh intesitas warn ayang dihasilkan sangat bergantung pada colouring matter yang ada. Colouring Matter merupakan senyawa organik yang terkandung dalam sumber zat warna alam yang menentukan arah zat warna dalam satu jenis tumbuhan dapat terkandung lebih dari satu jenis colouring matter. Pengolahan zat warna alam dapat di lakukan dengan ekstraksi dan fermentasi. Ekstrasi bahan zat warna dengan pelarut air akan menghasilkan zat warna dalam bentuk ekstrak. Ekstrak yang di keringkan dalam spray dryer . Akan menghasilkan zat warna dalam bentuk pudar. Proses mordan yang dilakukan terhadap bahan, sebelum bahan diwarnai menghasilkan warna yang lebih bagus dibandingkan warna bahan yang tidak di proses mordan terlebih dahulu . Hasil pewarnaan pada bahan sutera lebih bagus dibandingkan denga hasil pewarnaan pada bahan katun. Kata Kunci: Zat Warna Alam , Ekstrak, Pudar Ir.Ivone De Carlo,M.Si Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 zat warna alam
1635 Sosialisasi Produksi Bersih Pada IKM Batik
Kode Panggil: BBKB 75.02 Sul s 2012
Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan di tiga daerah industri batik di ikuti oelh 50 orang perserta. Sosialisasi di laksankan pada tanggal 25-26 April 2012, 11 orang perserta IKM batik kepoeng batik laweyan kota Solo pada tanggal 9-10 Mei 2012 dan 15 orang peserta IKM batik di kota Pakalongan pada tanggal 23 Juni 2012 . Sosialisasi dilakukan denga dua cara yaitu IKM batik di Kabupaten Sragen dan kota Solo dilaksanakan dengan cara langsung mendatangi IKM, memberikan informasi dan penerapannya di masing -masing industri .. Sosialisasi untuk IKM Batik di Kota Pakalongan dilaksankan dengan cara penyampaian secara klasikal: penjelasan materi , diskusi dan konsultansi. Hasil evaluasi memperlihatkan bahwa sebagian besar Batik telah menerapkan cara berproduksi sesuai cara produksi Bersih, namun masih dalam keterbatsan. Hampir semua IKM telah Memungut-ulang sisa larutan zat warna , karyawan banyak yang tidak mengunakan alat pelindung diri sperti sarung tangan, masker. Penerapan produksi bersih Sangat bergantung pada komitmen pengusaha yang kemudian di tularkan kepada para karyawannya sehingga akan menjadi sifat perilaku mereka dalam bekerja . Oleh karena itu sosialisasi produksi bersih ini harus selalu dilakukan da di gantikan secara menerus agar mereka menjadi terbiasa menerapkannya dalam berproduksi. Kami sampaikan terima kasih kepada Dinas Perindagkop Kabupaten Sragen , Kota Solo dan Kota Pekalonagan serta para IKM batik yang telah bekerja sama atas terseleggaranya kegiatan sosialisasi tersebut dengan lancar. Harapan kami adalah strategi produksi bersih ini dapat di terapkan secara terus menerus pada IKM batik agar dapat meminimisasi pencemaran, memberikan keuntungan finansial dan memperbaiki citra dan cara kerja perusahaan. Kata Kunci : produk bersiih , sosialisasi , batik Sulaeman,S.Teks. Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 produksi bersih
1636 Pelatihan Perancangan Desain Motif/Ragam Hias Batik Khusus Busana Bagi IKM Batik
Kode Panggil: BBKB 75.02 Suj p 2012
Batik pada mulanya digunakan untuk kain panjang / jarak yang pemakaiannya dililitkan . Selain itu batik juga di pakai sebagai kemben dan ikat kepala. Seiring dengan perkembangan jaman, selanjutnya kain batik digunakan untuk produk busana siap pakai seperti rok, blus ( busana atas wanita) , kemeja dan lain-lain. Sedangkan untuk memperoleh disain buasna yang beragam dari segi tata letak motif, perajin batik perlu memahami tentang teknik pemolaan dengan benar. Untuk itu perlu upaya- upaya mentransfer pengetahuan bagaimana mentempatkan posisi peletakan motif batik yang benar , agar busana yang dihasilkan memenuhi standar kualitas. Untuk mewujudkan hal tersebut , maka pembinaan dan pengembangan industri senantiasa diarahkan guna menciptakan sumberdaya manusia industri yang berkualitas serta meningkatkan daya saing prodk. Balai Besar Kerajinan dan Batik sebagai lembaga pembina industri batik berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia industri Batik " Pelatihan Perancangan Desain Motif/ Ragam Hias Motif Batik untuk Busana Bagi IKM Batik" yang telah berlangsung selama 5 hari kerja dari tanggal 16 s.d. 20 November 2012 Kata Kunci : Pelatihan, Perancangan Desain, Motif Batik Sujanarto,SE. Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 pelatihan batik
1637 Identifikasi Desain Dan Mutu Produk Industri Kecil Menengah Batik
Kode Panggil: BBKB 75.02 Pra i 2012
Batik yang merupakan salah satu produk tekstil yang besar terdapat di hampir seluruh kabupaten dan kota di seluruh Nusantara berkembang denga pesat baik sebagai usaha yang besar maupun usaha kecil. Di beberapa daerah hasil industri batik juga menjadi salah satu penopang perekonomian . Corak dan warna yang khas dari produk batik ini telah diekspor di berbagai negara antara lain Australia, Amerika Timur Tengah, Jepang, Malaysai, Korea dan Singapura. Pada umumnya para pengusaha batik skala kecil dalam memproduksi didasarkan pada kebiasaan dan mengikuti pola produksi dari teman-teman atau warisan turun- temurun dari keluarga. IKM batik merupakan salah satu IKM yang mendorong terwujudnya kemitraan yang kondusif denga perusahan - perusahaan yang besar dan secara informal juga dengan usaha mikro lainnya. Di Indonesai peran IKM lebih banyak dikaitkan dengan upaya pemerintah dalam menggurangi pengangguran , kemiskinan dan peningkatan pemerataan pendapatan, dibandingkan sebagai penggerak ekspor dan sumber investasi serta pembangunan ekonomi di daerah. Hal ini tidak berbeda dalam dalam konteks industrialisasi dimana IKM (termasuk industri pedesaan) ditunjukan pula untuk menggurangi kesenjangan dan meningkatkan pemerataan. Dibalik ketangguhannya, ternyata IKM masih menghadapi kendala mendasar dalam pengembangan usahanya diantaranya adalah pengelolaan (manajemen) usaha yang masih tradisional, kualitas SDM yang belum memadai , pemasaran produk yang masih bersifat lokal , skala dan teknis produksi yang rendah serta masih terbatasnya akses kepada lembaga keuangan khususnya perbankan. Pengembangan dapat di lakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu, Aspek usaha , apek pasar, aspek SDM , dan aspek teknologi. Prioritas pengembangan usaha batik skala kecil dilakukan denga pelatihan manajemen dan krativitas produksi; pengawasan dan monitoring , menyediakan rumah dagang , outlet , agenda pameran, leaflet; memberikan informasi pasar , pameran perdagangan dan teknologi baru; serta mengadakan pelatihan SDM dan teknologi. Kata Kunci: Pengembangan Usaha Batik , IKM Batik, Produksi Batik Heri Pramono ,SIP.SH.MM Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 IKM batik
1638 Pengembangan Desain Motif Ragam Hias Batik
Kode Panggil: BBKB 75.02 Sul p 2012
Batik Indonesia secara resmi diakui United Nations Educational Scientific Cultural Organization (UNESCO) dengan dimasukkan kedalam daftar represntatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia, tentang warisan Budaya Tak benda di Abu Dhabi pada tanggal 2 Oktober 2009. Untuk itu dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia, maka di tetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional dengan keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik N asional. Agar batik tetap menjadi budaya dan jati diri bangsa Indonesia maka diperlukan upaya-upaya untuk melestarikan dan menumbuh kembangkan batik di Indonesia , salah satu nya adalah menanamkan nilai-nilai budaya batik pada generasi muda, salah satunya adalah dengan pengembangan desain motif / ragam hias batik , yang pada tahun 2012 ini diarahkan dengan menggali potensi dan minat generasi muda dim bidang batik denga menyelenggarakan Lomba Desain Batik Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Kata Kunci: Lomba desain batik Ir. Sulistyono Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 ragam hias batik
1639 Penyusunan Bahan Konsultasi Teknis Haki,Batik Mark,Produksi Bersih Dan Bisnis Industri Kerajinan Dan Batik
Kode Panggil: BBKB 75.02 Tot p 2012
Kegiatan penyusunan bahan konsultasi teknis bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) , Batikmark, Produksi Bersih, dan Bisnis Industri Kerajinan dan batik telah dilaksanakan selama 10 (sepuluh) beulan . Hasil penyusunan menunjukkan bahwa bahankonsultasi tersebut dapat dipakai sebagai acuan dalam memberikan konsultansi/advice kepada pelanggan (UKM dan pemangku kepentingan lain) denagan materi yang dibakuan sesua ketentuan dan / atau pengetahuannya yang ada. Kata Kunci : bahan konsultansi , materi , acuan baku Bachtiar Toto Santoso,SH Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 konsultasi batik Mark
1640 Sosialisasi Pengakuan Batik Sebagai warisan Budaya Dunia Oleh Unesco
Kode Panggil: BBKB 75.02 Ruf s 2012
Batik adalah bahan kain tekstil dengan pewarnaan menurut corak khas Indonesia dengan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang warna. Seni batik merupakan kreasi yang mempunyai arti tersendiri yang dihubungkan dengan tradisi, kepercayaan dan sumber-sumber kehidupan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. (Kardi, 2005) dan merupakan salah satu produk unggulan dari IKM. Yang cukup signifikan dalam segi jumlah dan penyerapan tenaga kerja serta nilai ekspor. Tepatnya pada tanggal 2 Oktober tahun 2009, Batik Indonesia telah dikukuhkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Unesco berdasrkan Konvensi Internasional Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda Manusia (Convention for Safeguarding Intangible Culture Heritage Humanity 2003). Perlu dilakukan kegiatan untuk menyebarluaskan dan memberikan pemahaman mengenai batik terkait dengan pengakuan Unesco kepada masyarakat luas di seluruh Indonesia. Dan diharapkan dapat mendukung upaya Pemerintah Pusat maupun daerah untuk mensosialisasikan, melestarikan dan regenerasi dalam perkembangan bati, serta meningkatkan kerjasama pengembangan dan penumbuhan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Materi yang diberikan dalam bentuk seminar yang mencakup kegiatan pemaparan sejarah dan dampak dari pengakuan batik oleh Unesco, keuntungan dari nerbisnis bisnis, peranan desainer fashion untuk mengangkat citra batik, dan industri kreatif sebagai strategi pendekatan pengembangan pendidikan, diskusi interaktif serta pengenalan lewat workshop batik pada anak- anak sekolah dasar. Kegiatan ini menghasilkan keluaran sejumlah 30 (tiga puluh) IKM memahami potensi dan perkembangan Batik serta memberikan pengenalan pada 100 anak sekolah dasar agar memahami secara benar tentang batik agar regenerasi dapat tumbuh dengan baik. Dra.Evi Yuliati Rufaida,M.Si Balai Besar Kerajinan dan Batik 2012 batik