WhatsApp

Koleksi Buku Perpustakaan BBKB

             




Jumlah Data : 7026

No Judul Abstrak Pengarang Penerbit Tahun Subyek
5787 Penelitian/Analisa kayu/bambu. th 1975/1976
Kode Panggil: BBKB 674 Soe p 7
J.F.R. Soediwinardi, B Sc Balai Penelitian Batik dan Kerajinan 0000 kayu dn bambu
5788 Penelitian teknologi pengolahan bambu untuk pembuatan barang jadi mebel, th 1990-1991
Kode Panggil: BBKB BBKB 633.58
Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan dengan ruang lingkup antara lain : 1. Penetapan desain mebel bambu 2. Bambu dipotong2 dan dibelah2 3. Dibuat komponen mebel 4. Dirakit menjadi mebel 5. Di finish. Dari hasil evaluasi didapatkan pembuatan mebel bambu dengan mempergunakan bambu bilah sebagai bahan bakunya dapat dilaksanakan dan mempunyai keuntungan : mengurangi pecahanya bambu, design yang dibuat lebih luwes. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1991 kerajinan bambu
5789 Teknologi kerajinan rotan
Kode Panggil: BBKB 633.58 Sud t
J.F.R. Soediwinardi, B Sc Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1982 rotan
5790 Penyusunan sistem pengedalian mutu industri batik tulis massal dan batik kombinasi, I th 1989/1990
Kode Panggil: BBKB 75.02 - p I
Dengan meneliti pada sejumlah perajin batik, umumnya para perajin melakukan pengendalian proses dan mutu tidak pada setiap tahapan hasil proses, dengan kualitas batik yang diperoleh akan bervariasi. Penelitian dan pengembangan sistem pengendalian mutu industri batik tulis massal dengan proses kerokan dan lorodan. Pengendalian mutubatik tulis massal meliputi proses yang dilakukan, mulai dari bahan-bahan/mori sampai dengan bahan jadi/batik. Tahapan proses tersebut terdiri dari: Pemeriksaan bahan baku dan persiapannya,pelekatan lilin batik,pewarnaan, penghilangan lilin batik (kerokan dan lorodan), penerpunyaan dan pemeriksaan akhir yang masing-masing terdiri dari 19,3,1,1,1,2,2, kali pemeriksaan dan 19,3,1,1,2,2,kali pemeriksaan. Demikian untuk satu kali pewarnaan dan satu kali penghilangan lilin batik (kelengan). Untuk proses batik tulis massal proses kerokan memerlukan 29 kali pemeriksaan, sedangkan untuk batik tulis massal proses lorodan 28 kali pemeriksaan. Untuk 2x pewarnaan dan satu kali penghilangan lilin batik, untuk proses kerokan memerlukan 32 kali pemeriksaan, sedangkan batik proses batik tulis massal lorodan 31 kali pemeriksaan. Dengan adanya pemeriksaan setiap tahapan proses, maka penyimpangan kualitas dapat dicegah sedini mungkin. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1990 Batk tulis
5791 Laporan penelitian bahan kayu sengon dan waru terhadap pengawetan kayu dan pengembangan desan untuk meningkatkan mutu dan standar produksi
Kode Panggil: BBKB 674.5 - l c
Penelitian Bahan Kayu Sengon dan Waru terhadap pengawetan kayu dan penggambangan desain untuk meningkatkan mutu dan standar produksi, dalam pelaksanaannya diambil dari 2 segi, yakni : 1. Penelitian pengawetan kayu sangon Jawa dan Waru lengis sebagai bahan baku boneka. 2. Pengembangan disain boneka dari kayu sengon dan waru. Dari 2 judul tersebut diatas masing2 dibuat buku laporan berisikan uraian dan hasil penelitian yang dilakukannya. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan 2000 kayu segon dan waru
5792 Peneltian Perkembangan soga-soga batik th 1980/1981
Kode Panggil: BBKB 667.2 Sut p
Soetarno Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1981 Batk
5793 Macrame
Kode Panggil: BBKB 677.71 Sub m
Subandini, BA Balai Penelitian Batik dan Kerajinan 1979 macrame
5794 Penelitian pengembangan teknologi pewarnaan desain dan peralatan kain tenun ikat Timor Timur, th 1992/1993
Kode Panggil: BBKB 667.5 - p 9
Produksi tenun di Timor Timur cukup banyak penggemarnya, meskipun masih banyak kekurangan baik dari segi kwalitas, kwantitas maupun harganya. Penelitian pengembagan teknologi pewarnaan desain dan peralatan kain tenun ikat Timor Timur merupakan salah satu kegiatan untuk mengetasi permasalahan tersebut. Dariv hasil penelitian diperoleh satu alternatif pemecahan dengan metode perinting sebagai pengganti cara tradisional ikat celup. Cara ini memberikan keuntungan dalam hal kemampuan perluasan desain, pewarnaan dan tingkat produktifitas. Dari hasil pengujian cara perinting ini memberikan hasil uji daya tahan luntur warna baik pencucian maupun gosokan yang lebih baik bila dibanding dengan cara tradisional, disamping produktifitas lebih tinggi. Untuk itu disarankan metode ini dicoba dikembangkan di Propinsi Timor Timur sebagai pelengkap keberadaan industri tenun ikat Taia. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1993 tenun ikat
5795 Pembuatan Prototip ATBM dengan Modifikasi Mulut Lusi
Kode Panggil: BBKB 621.9 Moh p
Pada umumnya industri tekstil kerajinan indonesia didalam memproduksi kain tenun menggunakan ATBM sebagian besar sistim peralatan pembuatan mulut lusinya menggunakan rol kerk, sehingga desian anyaman yang dibuat terbatas dan kebanyakan jenis anyaman plat. Desain anyaman merupakan salah satu faktor bagi konsumen dalam memilih/membeli produk kain tsb. Dlam penelitian membuat modifikasi mulut lusi dengan sistim per untuk menggerakkan 4 gun dan di uji coba. Hasil uji coba menunjukkan bahwa dengan cucukan lurus pada gun didapatkan 12 macam desian anyaman, dalam satu kali proses kerja untuk panjang bengan dalam boom lusi. Untuk pembuatan modifikasi ini dapat dibuat mudah dan biaya relatif murah Moh. Amin Jafar, S.teks Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1994 prototip ATBM
5796 Penelitian perekayasaan pembuatan prototip alat-alat merserisasi dan penyempurnaan tekstil kerajinan (II)
Kode Panggil: BBKB 621.9 Dju p
Industri kecil/kerajinan tekstil masih banyak menggunakan kain kapas putih/kain kapas grey sebagai bahan baku untuk produk2 yang berupa kain berwarna. Dari hasil pengamatan terhadap proses pembuatan produk tsb, ternyata dalam rangkaian flow proses tidak terdapat proses penyempurnaan sehingga produk2 industri kecil/kerajinan tekstil belum siap dipanaskan. Keadaan tsb diatas belum banyak memperoleh perhatian produsen dan kalaupun ada, usaha perbaikan dilakukan dengan cara mengikutkan dipabrik finishing tekstil. Cara ini ternyata banyak kelemahannya, diantaranya banyak waktu yang hilang. Untuk itu perlu dibuat alat penyempurnaan yang sifatnya manual sehingga sesuai untuk proses penyempurnaan produk2 tekstil dari kapas yang terdapat di industri kecil/kerajinan tekstil. Djumala Machmud, S.Teks Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik 1988 alat merserisasi