Jumlah Data : 7026
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
5876 | seni warna batik seri naptol Kode Panggil: BBKB 667.2 Sew s |
S.K. Sewan Susanto, S.Teks | Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik | 1980 | Warna Batik | |
5877 | Penuntun Batik Printing Bagian II Kode Panggil: BBKB 75.02 Sew p |
SK. Sewan Susanto, S.Teks | Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan | 1972 | batik Printing | |
5878 | pengumpulan motif batik untuk buku tahun 1980/1981 Kode Panggil: BBKB 7.011 Toe p |
Ir. Ny. T.T Soeryanto | Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik | 1981 | Motif Batik | |
5879 | Penelitian pencegahan keretakan patung /barang-barang ukiran kayu tahun 1980/81 Kode Panggil: BBKB 674.5 Soe p |
Pada penelitian stabilitasi dimensi kayu di tahun2 yang lalu, telah dicoba berbagai cara stabilitasi, diantaranyaadalah dengan memasukkan bahan stabilisator kedalam kayu, atau yang lazim disebut sebagai methoda bulking. Bahan2 stabilisator tersebut adalah PEG 1000, MA 204, UA dan Fix oil. Ternyata bahwa bahan2 tersebut cukup baik digunakan untuk maksud stabilisasi dimensi kayu. Sebagai kelanjutan penelitian2 yang terdahulu, maka pada periode 1980/1981 ini dicoba cara stabilisasi dimensi kayu dengan menekankan pada proses pengeringan. Seperti diketahui bahwa tingkat kekeringan kayu merupakan salah satu penyebab/berpengaruh terhadap kestabilan dikensi kayu. sebagai media pengering, dapat digunakan minyak mineral. Dalam penelitian ini, dipilah salah satu jenis minyak mineral yaitu minyak pelumas sebagai media pengering kayu. pemilihan minyak pelumas ini didasarkan pada kenyataan bahwa minyak pelumas ini didasarkan pada kenyataan bahwa minyak pelumas memiliki titik didih dan titik nyala yang tinggi, sehingga menguragi resiko terjadinya kebakaran selama pemanasan. | J.F.R. Soediwinardi, B Sc | Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan ndustri Kerajinan dan Batik | 1981 | pengawetan patung/ukiran |
5880 | Penuntun Batik Printing I Kode Panggil: BBKB 75.02 Sew p I c.1 |
Sewan Susanto,SK.S.Teks | Balai Penelitian Batik dan Kerajinan | 1971 | batik printing | |
5881 | Penyusunan Standar Industri Indonesia Komoditi Kerajinan Kode Panggil: BBKB 386.16 Sit p |
Dra. Siti Utami | Proyek Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 1986 | SII kerajinan | |
5882 | Penyempurnaan Alat Pelobang Kayu dan Bambu Kode Panggil: BBKB 621.9 Ret p |
Perlu dan penting sekali alat Pelubang Kayu dan Bambu untuk di sempurnakan/di perbaiki, salah satu alat pelubang yang dibutuhkan oleh perajin, terutama perajin sangkar burung yang saat ini berkembang terus, perlu di tunjang dengan peralatan yang modern, agar produktifitasnya meningkat, sehingga lebih mampu bersaing di pasaran. Untuk penyempurnaan alat perlu dilakukan percobaan dan pengamatan lebih lanjut. Disamping itu disarankan untuk memberikan peralatan terhadap perajin, sehingga tercipta SDA yang terampil di bidang Industri sangkar Burung | Retno Kumolo | Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 1998 | Alat pelobang kayu dan bambu |
5883 | Percobaan Peningkatan Produktivitas Pembuatan Ukiran Patung Kayu Motif Asmat Kode Panggil: BBKB 674 Bal p 9 |
Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 1993 | Ukiran Kayu | ||
5884 | Pengembangan Pembuatan Pola Batik Tulis Sistim Printing Kode Panggil: BBKB 75.02 - p 8 |
Sebagai langka awal proses pembuatan batik tulis adalah memola pada kain, yang merupakan pedoman pembatik unutk pekerjaan pembatikannya. Sampai saat ini proses memola masih dilakukan secara tradisional yaitu ditulis dengan tangan pensil, sehingga diperlukan waktu yang lama dan hasilnya kurang konsisten. Unutk memecahkan masalah tersebut dilakukan uji coba pengembangan pembuatan pola batik tulis secara pencapan (printing),menggunakan zat warna yang tidak berikatan dengan kain secara sempurna dengan zat pengental yang tidak dapat membuat lapisan film, sehingga tidak menimbulkan noda warna dan lilin dapat tembus dengan baik. Uji coba kali ini baru dilakukan terhadap mori primissima, prima dan sutera alam. Adapaun zat warna yang digunakan adalah zat warna asam, basa, dispersi, sulfur dan serbuk pewarna(blawu), dengan zat pengental emulsi. Terhadap hasil uji coba dilakukan pengujian meliputi ketahanan luntur karena cucian, sinar, gosok dan asam(keringat) untuk dapat diketahui nilai penodaannya. Disamping dilakukan pengujian tahanan luntur, juga dievaluasi terhadap kemudahan unutk dibatik dan nilai tambah yang dicapai. Dari hasil uji coba, pengujian maupun evaluasi dapat ditarik kesimpulan bahwa memola yang semula dikerjakan dengan tangan dapat dikerjakan secara pencapan (printing) dengan zat warna yang sesuai dan pengental emulsi, serta diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan yang ada. Untuk bahan baku kapas (mori prima, Primissima), zat warna yang paling sesuai adalah zat warna Asam, sedangkan unutk bahan baku sutera adalah zat warna Dispersi. Serbuk biru("Blawu"-bahan yang sering digunakan selain untuk after treatment cucian putih) juga merupakan pewarnaan yang dapat digunakan untuk bahan baku kapas maupun sutera. | Proyek Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 1989 | Pola batik sistim printing | |
5885 | Penelitian Proses Pengolahan Bahan Mentah Rotan Manau Menjadi Bahan Baku Rotan Kode Panggil: BBKB 633.58 Soe p |
Penelitian proses pengolahan rotan manau menjadi bahan baku rotan tahun 1981/1982 ditekankan untuk memperoleh data tentang: 1. Pengaruh fungisida (TB-192) terhadap serangan jamur perusak rotan 2. Mencari cara-cara pengeringan rotan manau yang efektif setelah diolah 3. Mencari titik-titik lemah pengolahan rotan manau sebagai dasar memperoleh mutu rotan manau yang baik. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh fungisida TB-192 belum terlihat nyata dalam usaha menekan serangan jamur. 2. Cara pengeringan dengan ramah pengering yang terbuat dengan atap tembus cahaya merupakan cara pengeringan di lapangan terbuka di tempat teduh. 3. Titik lemah pengolahan rotan terletak pada cara mempertahankan mutu rotan segar supaya jangan diserang jamur. Kalau titik lemah ini dapat diatasi niscaya dengan cara pengolahan, yang sekarang dilakukan oleh paras penguasaha , maka hasil rotan olahan akan memperoleh mutu yang baik. | Jfr Soediwinardi B. Sc | Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 1982 | Rotan |