
Industri batik bukan sekadar tentang goresan malam dan warna yang memikat mata. Di balik selembar kain batik yang indah, ada proses panjang yang melibatkan banyak tangan dan banyak bahan kimia! Maka tak heran, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi hal yang sangat penting dalam industri ini. Bekerja di industri batik artinya setiap hari berkutat dengan zat pewarna, pelorod, hingga bahan fiksasi yang sebagian termasuk B3 alias Bahan Berbahaya dan Beracun. Tanpa pengelolaan yang tepat, bahan-bahan ini bisa menyebabkan masalah serius — dari iritasi kulit, gangguan pernapasan, hingga pencemaran lingkungan.
Menurut pakar keselamatan kerja, kecelakaan bisa terjadi karena faktor manusia, mesin, bahan kimia, atau lingkungan kerja. Nah, untuk mengurangi risiko-risiko ini, industri batik perlu menerapkan langkah-langkah K3 yang konkret, mulai dari manajemen bahan kimia hingga penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Apa saja sih yang harus dilakukan?
1. Pengelolaan Bahan Kimia: Jangan Asal Simpan
- Catat Stok Bahan : Bahan masuk, dipakai, dan sisa harus dicatat rapi. Ini penting untuk mencegah penumpukan bahan berbahaya.
- Beri Label dengan Jelas : Nama bahan, tanggal pembelian, dan kedaluwarsa harus tertera di wadah. Jangan sampai tertukar!
- MSDS Wajib Ada : Material Safety Data Sheet (MSDS) memberikan informasi penting tentang sifat bahan, bahaya, dan penanganan darurat. Jika memungkinkan, tempel di area penyimpanan bahan kimia
- Gunakan Prinsip FIFO : First In First Out artinya bahan yang datang duluan, harus dipakai duluan. Ini mencegah penggunaan bahan kedaluwarsa.
- Instruksi Kerja Mudah Dipahami : Semua pekerja harus tahu cara kerja yang aman dengan bahan kimia.
2. Kenali Bahan Kimia dan Bahayanya
Beberapa bahan kimia yang umum digunakan di industri batik memiliki sifat berbahaya. Yuk kenalan dengan yang paling sering dipakai.
a. Asam Klorida (HCl)
HCl digunakan sebagai zat fiksasi pada proses pewarnaan menggunakan pewarna sintetis jenis indigosol. HCl bersifat korosif, dapat merusak kulit, mata, bahkan paru-paru jika penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Wajib disimpan rapat dan terpisah dari bahan lain.
b. Asam Sulfat (H2SO4)
Mirip dengan HCl, digunakan dalam pewarnaan menggunakan pewarna jenis indigosol. Jenis asam kuat ini harus ditangani dengan sangat hati-hati dan menggunakan APD lengkap saat penggunaan.
c. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Biasa digunakan untuk pemutihan kain. Bisa menyebabkan iritasi dan berbahaya bila terhirup dalam jangka panjang. Oleh karenanya, penggunaan masker sangat disarankan ketika melakukan proses produksi dengan bahan ini.
d. Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4)
Natrium Hidrosulfit atau dikenal dengan hidro di kalangan perajin batik, adalah reduktor pewarna alam jenis bejana seperti Indigofera sp. atau Strobilantes sp. Sifatnya mudah terbakar dan bisa menyebabkan iritasi serius bahkan gangguan saraf jika terpapar terus-menerus. Oleh karenanya, penggunaannya disarankan dengan APD lengkap dan memperhatikan MSDS dari bahan.
e. Soda Abu (Na2CO3)
Digunakan dalam proses mordanting dan pelorodan batik. Beberapa bahaya yang ditimbulkan jika tidak sesuai aturan adalah bisa menyebabkan iritasi pernapasan, kulit, dan mata.
f. Natrium Nitrit (NaNO2)
Nitrit merupakan bahan kimia pembantu pewarnaan sintetis jenis indigosol. Sangat toksik, bisa memperparah api, dan berbahaya untuk ekosistem perairan. Oleh karenanya, penggunaanya harus memperhatikan K3 dan menggunakan APD seperti sarung tangan maupun masker.
g. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida atau soda api atau dikenal dengan kostik soda di industri batik merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk fiksasi warna jenis naftol. Sifatnya sangat korosif. Harus disimpan dengan rapat dan digunakan dengan sarung tangan & pelindung mata.
h. Sodium Silikat (Na2SiO3)
Sodium silikat sering dikenal dengan nama waterglass, yaitu zat pembantu pada proses pewarnaan menggunakan jenis pewarna Remazol serta bahan pembantu dalam pelorodan. Meski tidak toksik, tetap bisa menyebabkan iritasi dan harus digunakan dengan APD.
Dengan memperhatikan resiko yang terjadi selama penggunaan bahan-bahan kimia diatas, maka kita sebagai pelaku industri yang bijak, Jangan Lupa mengenakan APD saat bekerja. Beberapa APD yang disarankan di industri batik antara lain:
- Sarung tangan karet/latex
- Masker
- Pelindung mata
- Alas kaki tertutup/ sepatu karet
APD bukan hanya pelengkap tampilan, tapi tameng pertama dari ancaman bahan kimia berbahaya. Jadi, mari kita mulai dari sekarang. Batik bisa tetap indah, tanpa mengorbankan kesehatan para pelaku industrinya.
Karena #KerjaAmanItuKeren — Lindungi Diri, Cintai Tradisi! (DWL, 2025)
Jalan Kusumanegara No. 7, Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta 55166
Telp. 0274-546111 Ext.109 | Fax. 0274-543582
E-mail:bbkb@kemenperin.go.id | Instagram : @bbspjikb_kemenperin | Whatsapp : 6282223799288