WhatsApp

Koleksi Buku Perpustakaan BBKB

             




Jumlah Data : 7026

No Judul Abstrak Pengarang Penerbit Tahun Subyek
1191 Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Manajemen Mutu-ISO 9001:2008 Di BBKB
Kode Panggil: SBBKB 658 Her p 2015 c.1
Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja Jasa Pelayanan Teknis di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) adalah dengan menerapkan sistem manajemen mutu (SMM) sesuai ISO 9001:2008. Penerapan ini bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari proses layanan Jasa Pelayanan Teknis terhadap kebutuhan atau persyaratan yang telah ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan maupun organisasi BBKB sendiri. Dalam rangka penerapan sistem tersebut, Jasa Pelayanan Teknis BBKB telah mempunyai dokumen 4 level yang telah tersusun pada tahun sebelumnya yaitu Pedoman Mutu, Prosedur Operasional (Standar Operasional Prosedur), Intruksi Kerja serta Formulir-formulir. Tahapan penerapan meliputi Kaji Ulang Dokumen, Pembuatan SOP, Audit Internal (AI), Tindakan Perbaikan atas AI, Kaji Ulang Manajemen, Perbaikan Dokumen serta Pelatihan Internal. Pada pelaksanaan audit eksternal, ruang lingkup sertifikasi diminta untuk diubah menjadi Jasa Layanan BBKB secara keseluruhan oleh auditor. Berkaitan dengan hal tersebut maka dokumen SMM yang terkini yang telah disesuaikan dengan kondisi BBKB saat ini baik personilnya, SOP (Prosedur Operasional), Dokumen pendukung lainnya serta sarana dan prasarana lainnya yang kesemuanya telah dilakukan sosialisasi kepada seluruh personel. Kata Kunci: Sistem, Dokumen, Standart Operasional Prosedur. Heri Pramono,S.IP,SH,MM Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Iso 9001:2008
1192 Program Penerapan 5 K Pada BBKB
Kode Panggil: BBKB 331 Mas p 2015 c.1
ini yang dilakukan adalah monitoring dan ecvaluasi pelaksanaan dari rencana perbaikan. Action, pada tahap ini dilakukan perbaikan dari proses evaluasi yang dilakukan dan melakukan standardisasi terhadap sisitem yang sudah dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan 5K pada tahun 2015 menitikberatkan pada Sub Bagian Kepegawaian. Hasil dari pelaksanaan 5K ini adalah terciptanya suatu tempat kerja yang teratur, rapih , bersih serta budaya kerja terstandard dan disipl8in. Teratur beatri are kerja bebas dari perangkat yang tidak dibutuhkan dalam proses kerja. Rapih berarti semua perangkat mempunyai identitas yang jelas serta lokasi penyimpanan yang jelas pula. Bersih artinya area kerja senantiasa di bersihkan secara rutin sehingga jika terdapat suatu keadaan yang abnormal , segera dapat diketahui. Terstandard berarti budaya kerja yang sudah baik dituangkan dalam suatu SOP sehingga siapapun petugasnya akan melakukan proses kerja yang sama. Disiplin berarti semua petugas yang ada berkomitmen tinggi untuk menjalankan SOP yang sudah di sepakati bersama. Kata Kunci: PDAC, Keteraturan, Kerapihan, Kebersihan, Kelestarian, Kedisiplinan , SOP Dra. Maslatul Hayah Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Penerapan 5 K di BBKB
1193 Penyusunan Bahan Ajar Pelatihan Batik
Kode Panggil: BBKB 75.02 Suh p 2015 c.1
Perkembangan dan peningkatan industri batik akan menambah lapangan pekerjaan yang akan mengurangi pengangguran. Pada era globalisasi maka produk batik di Indonesia harus mampu bersaing di pasar global. Untuk memenuhi hal tersebut diatas maka kemampuan tenaga harus ditingkatkan agar produk yang di hasilkan berkualitas dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar. Tenaga kerja Indonesia harus mempunyai kompetensi yang tidak kalah dengan tenaga kerja dari luar negeri supaya tidak tersingkir dan diisi oleh tenaga kerja luar negeri. Untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi maka perlu pelatihan berbasis kompetensi, dengan bahan ajar yang lengkap dan refresentatif untuk membantu memudahkan peserta menerima pengetahuan mengenai teknologi proses batik dan segala peralatannya. Metode yang digunakan dalam penyusunan bahan ajar batik yaitu pengumpulan data dari literatur dan data dari hasil studi banding di lapangan, Pelatihan yang selama ini dilakukan adalah tidak dilengkapinya alat peraga nyata, khususnya catalog arah warna untuk memberikan pemahaman kepada peserta latih kearah warna apa kain bahan sandang akan diwarnai. Untuk itu maka perlu penyusunan bahan ajar pelatihan batik yang meliputi catalog arah warna, meja cap, kompor listrik untuk pembatikan, cap batik dan bahan sandang hasil pewarnaan. Hasil yang diperoleh adalah tersusunnya Bahan ajar pelatihan batik yang berupa alat peraga pelatihan yaitu : 8 katalog arah warna, 1 meja cap, 2 unit kompor listrik untuk pembatikan, 6 cap motif batik (2 cap ceplok, 2 cap pokok, 2 cap pinggiran) dan 10 lembar kain bahan sandang. Suharyanto,MT Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Pelatihan batik
1194 Penerapan Teknologi Pengolahan Air Limbah Pada IKM Batik
Kode Panggil: BBKB 628.54 Bac p 2015 c.1
IKM batik Lendah telah mendapatkan bantuan CSR dari Bank Indonesia melalui Dinas Koprasi berupa 12 unit IPAL batik. Prinsip kerja IPAL tersebut sesuai dengan IPAL yang telah dibangun sebelumnya di BBKB IPAL di buat olek IKM batik sendiri dengan bentuk , ukuran dan penepatan IPAL sesuai dengan lokasi dan luas tanah masing-masing. Dalam pengoprasiannya, IKM batik masih mengalami kesulitan. Tujuan kegiatan ini adalah mengoptimalkan fungsi IPAL sehingga IKM batik di kecamatan Lindah, Kabupaten Kulonprogo dapat memrapkan teknologi pengolahan limbah cair dengan hasil yang lebih optimal. IKM batik di Lendah membuat berbagai macam jenis produk batik, seperti batik tulis, cap dan kombinasi. Bahan kimia yang digunakan pada IKM batik anatara lain zat warna alam, zat warna Naphtol, Garam Naphtol, Indigosol, Remazol Kostik Soda, HCI, Na-nitrit, soda abu, waterglass, lilin batik, tawas, kapur, tunjung yang akan terbawa pada limbah cair batik. Ruang lingkup kegiatan meliuti: Pengambilan limbah cair conth-uji, Pencairan dosis skala laboratorium , pengujian limbah cair, Uji coba pengolahan limbah cair pada IPAL , pengujian limbah cair pada IPAL, Pengujian limbah cair IPAL , Pengujian Limbah cair Evaluasi dan penyusunan laporan. Hasil pengujian menunjukan bahwa teknologi pengolahan air limbah batik hasil litbang BBKB dapat di terapkan untuk menurunkan konsentrasi BOD dan COD dalam air limbah sintetis. Sedangkan Air limbah zat warna alam membutuhkan pengolahan yang terpisah dengan air limbah batikl hasil litbang BBKB memerulkan beberapa pengembangan agar dapat di terapkan secara optimal, yaitu: pH adjustment pada saat pengolahan secara koagulasi , penggunaan koagulan alternatif yang berbentuk non padatan, pembersihan filter secara berkala, serta penambahan pengolahan tingkat akhir, (finihing). Kata Kunci: air limbah, IPAL, filtrasi batik Bachtiar Totosantoso,SH Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 limbah IKM Batik
1195 Rekayasa Mesin Pembuat Lidi Bambu Untuk Kerajinan
Kode Panggil: BBKB 621.9 Sul r 2015 c.1
Industri kerajinan yang menggunakan bahan baku lidi bambu merupakan salah satu industri kecil kreatif yang sangat potensial untuk dikembangkan, saat ini proses pembuatan lidi bambu masih dilakukan dengan menggunakan peralatan manual sehingga kecepatan produksinya masih sangat lambat dengan keseragaman yang dihasilkan sangat bervariasi, hal ini sangat berpengaruh pada produk kerajinan yang dihasilkan. Mesin pembuat lidi bambu saat ini sudah banyak dibuat oleh pabrikan di luar negeri, akan tetapi mesin-mesin tersebut tidak dapat diimplementasikan pada industri kecil di Indonesia karena mesin tersebut menggunakan daya listrik yang besar dengan daya 3 phase, disamping itu mesin pembuat lidi bambu yang ada saat ini harganya cukup mahal sehingga tidak terjangkau oleh IKM. Balai Besar Kerajinan dan Batik pada Tahun 2015 melakukan rekayasa mesin pembuat lidi bambu sebagai upaya mendukung tumbuh dan berkembangnya industri kecil kreatif dengan bahan baku lidi bambu serta untuk menumbuh kembangkan industri rekayasa alat tepat guna. Prototipe hasil rekayasa mesin ini difokuskan pada penggunaan daya listrik kecil dengan 1 phase. Kata kunci; lidi bambu, IKM lidi bambu, rekayasa alat, mesin pembuat lidi bambu Ir.Sulistyono Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Mesin Lidi Bambu
1196 Optimalisasi Pelayanan Informasi Dan Dokumentasi Balai Besar Kerajinan Dan Batik
Kode Panggil: BBKB 681.14 War o 2015 c.1
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Nomor 14 Tahun 2008 merupakan tonggak sejarah dalam kemudahan memperoleh informasi bagi masyarakat. Untuk itu setiap lembaga/institusi wajib memberikan pelayanan publik secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional dan cara yang sederhana. Pelayanan informasi publik yang berdasarkan undang-undang tersebut perlu penyediaan bahan antara lain : daftar informasi publik, leaflet brosur, banner, tata cara permohonan informasi dan aplikasi/fitur guna mendukung petugas PPID dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan informasi dan dokumentasi Balai Besar Kerajinan dan Batik. Adapun metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan ini adalah melaksanakan studi literatur dan survey lapangan ke institusi/lembaga yang terkait dengan pelayanan informasi publik; penyusun dasar informasi publik dan pembuatan aplikasi/fitur; perbaikan dan implementasi. Disamping itu aplikasi/fitur layanan informasi publik yang dibuat diintegrasikan kedalam website BBKB sehingga akan memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi. Dari kegiatan ini diperoleh Daftar Informasi Publik (DIP) BBKB 2015 dan 1 (satu) buah aplikasi/fitur guna mendukung layanan informasi publik BBKB. Kata Kunci: aplikasi, dokumentasi, pelayanan informasi, optimalisasi Wardi Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 pelayanan informasi
1197 Peningkatan Dan Optimalisasi Pengelolaan Lembaga Sertifikasi
Kode Panggil: BBKB 061.1 Lie p 2015 c.1
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki wilayah teritorial yang luas. Kondisi tersebut pada dasarnya menjadikan Indonesia memiliki peluang untuk menjadi basis produksi bagi komoditi global, dan sebaliknya juga menjadi potensi pasar bagi komoditi negara-negara lain. Oleh karena itu diera globalisasi, Indonesia harus mampu melindungi masyarakat, lingkungan hidup, pasar domestik, dan sekaligus memanfaatkan potensi jumlah penduduk serta luas wilayahnya untuk membangun basis produksi komoditi yang dapat mendominasi pasar regional maupun global. Ujian pertama bagi Indonesia dalam menghadapi regional ekonomi ASEAN adalah dimulainya implementasi ASEAN Economic Community (AEC) Pada tahun 2015 ini. Untuk melindungi produk dalam negeri dan membatasi masuknya produk luar negeri, maka instrumrn non tariff barrier seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) Mutlak diperlukan. Dengan penerapan SNI maka hanya produk-produk yang sesuai standarlah yang bisa masuk dan beredar di Indonesia. Industri di indonesia sebagaian besar merupakan industri kecil menengah (IKM). IKM memberi konstribusi 60% PDB dan menampung sekitar 97% tenaga kerja. Permasalahan utama yang di hadapi oleh industri khususnya industri kecil dan menengah adalah belum siapnya mereka menerapkan sistem managemen mutu dan tingkat kesadaran mereka untuk melakukan SNI pada produk yang mereka hasilkan masih sangat rendah. Salah satu tupoksi Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB)Yogyakarta adalah memberikan sertifikasi SNI melalui lembaga sertifikasinya yaitu Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) TOEGOE yang telah diakreditasi oleh KAN. Klien LSPro sebagian besar merupakan IKM yang masih harus dibimbing dalam menerapkan SNI, sehingga LSPro bersama dengan dinas-dinas didaerah saling bekerja sama dalam memasyarakatkan SNI di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka BBKB harus selalu menjaga pengelolaan lembaganya agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan melalui salah satu kegiatan BBKB yang di danai oleh DIPA tahun anggaran 2015. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi beberapa tahap yaitu persiapan, pembelian bahan dan peralatan, surveilen dan penambahan ruang lingkup Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Toegoe, tindakan perbaikan, perjalanan dinas, evaluasi dan penyusunan laporan. Persiapan adalah menyiapkan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan surveilen dan penambahan ruang lingkup serta konsistensi pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga mencari tempat untuk witness yaitu perusahaan yang sesuai dengan produk yang masuk ruang lingkup akreditasi, melakukan audit internal untuk melihat sampai sejauh mana penerapan sistem managemen mutu sesuai dengan SNI/ISO 17065:2012 diterapkan, melakukan rapat tinjauan managemen untuk mengevaluasi penerapan sistem managemen di LSPro dan juga membicarakan pelayanan yang bagus. Dan terakhir menyiapkan dokumen untuk pengajuan peluasan ruang lingkup. Kemudian, dilakukan surveilen oleh KAN dan hasil dari surveilen tersebut dilakukan perbaikan dan sekaligus akreditasi penambahan ruang lingkup. Untuk menunjang kegiatan tersebut dilakukan perjalanan dinas untuk pelatihan, konsultasi untuk mengetahui sampai dimana kemajuan dan kekurangan LSPro Toegoe dibanding dengan lembaga sertifikasi yang lain. Ir.Lies Susilaning Sri Hastuti,MM Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Lembaga Sertifikasi
1198 Peningkatan Kerjasama Penelitian Dan Pengembangan
Kode Panggil: BBKB 061.61 Ivo p 2015 c.1
Setiap kegiatan baik membutuhkan suatu bukti pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban meliputi pertanggungjawaban keuangan maupun dokumentasi laporan. Terbitnya laporan kegiatan ini menjadi tanda dari berakhirnya atau selesainya semua tahapan dalam kegiatan. Tujuan dari pembuatan laporan adalah sebagai bukti pertanggungjawaban dari suatu kegiatan dan menjadi alat dokumentasi semua tahapan yang sudah dijalankan untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut. Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah dengan mengumpulkan semua catatan setiap tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Catatan-catatan tersebut kemudian dianalisis dan dipaparkan dengan jelas dalam laporan. Laporan juga dilengkapi dengan bukti yang dapat memperjelas penyampaian hasil kegiatan. Dari hasil kegiatan pembuatan laporan diperoleh satu dokumen laporan yang berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, keluaran, tahapan pelaksanaan. Pada bab berikutnya disampaikan dasar teori yang diikuti oleh pelaksanaan kegiatan, pembahasan dan kesimpulan dan saran. Laporan dilengkapi juga dengan daftar pustaka dan lampiran. Kata Kunci: Alat Dokumentasi, Catatan-catatan, Tujuan. Ir.Ivone De Carlo,M.Si Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Kerjasama Penelitian
1199 Rekayasa Alat Pintal Dan Pembuat Tampar Daun Agel Untuk Bahan Kerajinan
Kode Panggil: BBKB 621.9 Aan r 2015 c.1
Industri kerajinan agel telah ada dan berkembang di beberapa wilayah di Indonesia. Industri ini menghasilkan berbagai macam produk kerajinan bernilai ekonomi tinggi seperti; tas, topi, furniture dan masih banyak lagi produk kerajinan lainnya. Permasalahan yang dihadapi industri kerajinan agel adalah terbatasnya ketersediaan dan keseragaman bahan baku pintalan (tampar) agel. Selama ini, pembuatan tampar agel dilakukan secara manual. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membuat prototype alat pintal agel yang dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas industri kerajinan berbahan baku tampar agel. Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa metode, yaitu survey literatur dan lapangan, perancangan desain, penyiapan bahan dan alat, pembuatan alat, ujicoba, penyempurnaan alat dan finishing. Hasil dari kegiatan ini yaitu satu unit alat pintal dan pembuat tampar daun agel untuk bahan kerajinan dengan spesifikasi panjang 110 cm, lebar 46 cm, tinggi 90 cm, penggerak motor listrik 1 phase, 1200 rpm. Kata Kunci : Rekayasa, alat, mesin, pintal, agel Aan Eddy Antana,ST,M.Eng Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Alat Pintal Agel
1200 Penerapan Teknologi Pewarnaan Batik ZWA Indigofera
Kode Panggil: BBKB 667.27 Mah p 2015 c.1
Tanaman Indigo jenis indigofera tinctoria tumbuh tersebar luas di Indonesia juga dinegara lain diantaranya Taiwan, Jepang, India, dan Thailand yang dikenal dengan nama indigo blue..Tanaman ini sudah ada sejak jaman nenek moyang, dan telah digunakan untuk pewarnaan menghasilkan warna biru (wedelan) pada pembuatan batik dan tenun tradisional . kain batik. Pada umumnya pengrajin batik memberi zwa indigo dalam bentuk pasta, dan pencelupannya pun terbatas kain pendek maksimal ukuran panjang 3 m. Penerapan teknologi pewarnaan batik dengan zwa indigofera bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengrajin batik yang dalam prosesnya menggunakan zwa indigofera pada alat pencelupan panjang. Teknologi yang diterapkan; meliputi teknik pembuatan zwa indigofera dalam bentuk pasta dan teknik pencelupan menggunakan mesin/alat celup model sepiral. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di dua lokasi, yaitu kabupaten pacitan Jawa Timur dan kabupaten Bantul Yogyakarta. Hasil kegiatan yang di laksanakan pada 2 (dua)lokasi adalah 20 peserta dapat menguasai teknik pembuatan zwa indigo bentuk pasta dan menggunakan mesin/alat celup model sepiral yang dapat menghasilkan 33,6 m kain batik. Kebutuhan untuk membuat 1 kg zwa indigo pasta sebesar 6,35 kg daun indigofera tinctoria segar. Hasil uji produk : nilai kerataan warna dan kerusakan lilin batik nilai baik, ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinar nilai 4-5. Kata Kunci: mesin celup spiral, penerapan teknologi , zwa indigofera Ir.Mahdi Jakfar,M.Eng Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2015 Zat Warna Alam Indigofera