WhatsApp

Koleksi Buku Perpustakaan BBKB

             




Jumlah Data : 7026

No Judul Abstrak Pengarang Penerbit Tahun Subyek
6489 Peningkatan SDM Melalui Pelatihan Teknik Bordir
Kode Panggil: BBKB 746.3 Ers p
Kegiatan "Peningkatan SDM Melalui Pelatihan Teknik Bordir" telah dilaksanakan di Laboratorium Pokja Garment, Jl. Sidobali No.9 Yogyakarta selama 66(enam puluh enam) hari kerja atau kurang lebih 3(tiga) bulan yang dimulai tanggal 1 April s/d 3 Juli 2009 yang diikuti oleh 6(enam) orang peserta anggota Pokja Garment Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Pelatihan dilanjutkan dengan kegiatan Magang di Industri Bordir "NOOR" yang beralamat di Semoyan, Kotagede, Yogyakarta selama 3 hari yang dilaksanakan pada tanggal 13 s/d 15 Juli 2009. Dengan kegiatan magang ini diharapkan peserta bisa mempunyai pengalaman langsung tentang kegiatan dan pengelolaan industri bordir dengan baik. Pengetahuan dan Keterampilan Teknik Bordir merupakan salah satu unsur penunjang kegiatan teknik garment atau fashion yang semakin hari semakin berkembang. Untuk itu dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat industri atau UKM, maka SDM Pokja Garment dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan diri, karena salah satu tugas dan misi Balai Besar Kerajinan dan Batik adalah memberikan pelayanan prima kepada masyarakat UKM. Pelatihan kali ini menggunakan metode penyampaian dengan Teori, Praktek serta Diskusi dan Evaluasi Hasil Produk Hasil Praktek para peserta, dengan harapan masing-masing peserta benar-benar mengerti dan menguasai materi pelatihan yang diberikan dan bisa mempraktekan sendiri setelah pelatihan berakhir. Setelah pelatihan di BBKB dilanjutkan dengan kegiatan magang di Industri Bordir untuk menambah pengalaman dan wawasan para peserta tentang pengelolaan industri Bordir yang sebenarnya. Dari hasil penelitian dan magang di industri menunjukan adanya peningkatan kemampuan masing-masing peserta, dari yang tadinya belum mengerti dan belum bisa mempraktekan kerajinan Bordir menjadi tahu, mengerti dan bisa mengerjakan praktek kerajinan bordir. Indikator kemajuan ini ditunjukan dengan peserta mampu membuat desain Bordir dan mampu membuat produk Fashion dengan teknik Bordir pada berbagai jenis bahan. Dian Erstinawati, SH.M.Hum Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 bordir
6490 Apresiasi Hasil Litbang Unggulan
Kode Panggil: BBKB 621.9 Pri a
Ir.Endang Pristiwati Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 litbang unggulan
6491 Pengembangan Lembaga Penilaian Kesesuaian Laboratorium Kalibrasi
Kode Panggil: BBKB 061.62 Ind p
Kalibrasi mempunyai pengertian sebagai rangkaian kegiatan membandingkan hasil pengukuran suatu alat dengan alat standarduntuk menentukan besarnya kesalahan pengukuranalat serta ketidakpastiannya . Standard yang di gunakan juga harusterkalibrasi dandi buktikan dengan sertifikat kalibrasi. Pengukuran yang di hasilkan oleh beberapa alat sejenis cenderung memberikan hasil yang berbeda , padahal dalam menghasilkan pengukuran di harapkan setiap alat ukur memberikan hasil ukuran yang sama , oleh karena itu perlu mempunyai ketertelusuran kepada Standard Nasional atau Internasional. Cara untuk memberikan jaminan bahwa alat mempunyai ketertelusuran adalah denganmelakukan klaibrasi . Laboratorium Kalibrasi yang ada di Balai Besar Kerajinan dan Batik mempunyai ruang lingkup: . Kalibrasi massa (timbangan dan anak timbanagan) . Suhu (Themometer glass, oven, muffle) Dwi Indarto, B.Sc Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 Laboratorium Kalibrasi
6492 Pengembangan Lembaga Penilaian Kesesuaian "Lembaga Sertifikasi"
Kode Panggil: BBKB 061.62 Ruf p
Pengembangan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2009 di Balai Besar Kerajinan dan Batik. Program ini dilaksanakan sebagai upaya penguatan struktur Balai Besar Kerajinan dan Batik dan peningkatan secara berkelanjutan agar LPK yang telah terbentuk tetap eksis dan konsisten terhadap persyaratan yang diacu. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengembangan LPK ini meliputi : 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia (in house training) 2. Audit Internal 3. Survaile Lembaga Sertifikasi Produk (LSpro) TOEGOE oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) 4. Wirness Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) CRAFTIQA) Luaran dari pengembangan LPK: 1. Kompetensi personel bidang teknis dan manajemen pada LPK meningkat 20% 2. Dapat segera teridentifikasi secara dini ketidaksesuaian yang terjadi dan dapat segera di tindaklanjuti 3. Status akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk (LSpro) TOEGOE dapat dipertahankan, setelah seluruh temuan ketidak sesuaian di perbaiki. 4. Kelengkapan untuk mendapatkan sertifikat akreditasi LSSM Craftiqa telah terpenuhi Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa inhouse training lebih efektif dan efisien. Adanya audit internal dan survailen dari KAN dapat membantu dalam penerapan sistem sesuai dengan persyaratan yang diacu. Dra. Evi Yuliati Rufaida, M.SI Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 lembaga sertifikasi
6493 Aplikasi Pewter Untuk Kerajinan
Kode Panggil: BBKB 669.65 Set a 2009 c.1
Kegiatan Aplikasi Pewter untuk Kerajinan ini bertujuan mengamati proses pembuatan kerajinan pewter dengan sistem cetak (casting). Selain itu kegiatan ini juga meningkatkan kemampuan SDM melalui proses pembuatan yang dilakukan. Dan untuk mengembangkan kompetensi laboratorium perhiasan yang diharapkan untuk tahun depan bisa menjadi kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan pewter untuk kerajinan. Tahapan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah yang pertama mendesain gambar/model. Selanjutnya dari model ini dibuat pattern, pembuatan cetakan karet, pencetakan logam pewter, dan finishing. Selain mengamati proses pembuatan pewter dengan sistem casting, juga dicari komposisi logam pewter dan karet silicone yang optimal. Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa untuk pewter yang dicampur dengan logam timbel dengan komposisi timbel 30% akan mendapatkan pewter dengan melting point yang rendah sehingga akan mempermudah dalam proses pematrian. Selain itu warnanya juga masih putih. Untuk komposisi karet cetakan campuran antara silicone air dengan hardenernya yang paling optimal jika dilihat dari sifatnya dalah 50 : 1 (silicone: hardener). Sedangkan produk yang dibuat untuk kegiatan ini adalah produk gantungan kunci. Selain mengamati proses pembuatan kerajinan pewter dengan sistem cetak, dalam kegiatan ini diperhitungkan pula tekno ekonomi untuk kerajinan pewter sehingga jika ada yang tertarik untuk menggeluti kerajinan ini sudah ada perhitungan invetasi biayanya. Joni Setiawan, ST Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 pewter
6494 Pemanfaatan Center Log Kayu Sengon Untuk Kerajinan Komponen Interior
Kode Panggil: BBKB 674 Ari p 2009 c.1
Kayu Sengon (Albasia) dibudidayakan sebagai bahan baku utama kerajinan tangan dan pengolahan kayu untuk produk industri setengah jadi. Pertumbuhannya sangat produktif: awet, produktif, ringan, mudah dikerjakan, berwarna putih, dan tidak disukai hewan pemangsa seperti kayu yang lain. Limbahy-limbah center log kayu albasia (sengon) oleh pengusaha veneer belum dimanfaatkan lebih jauh, baru dibakar sebagai bahan pemanas tanur pengering. Akibat pembakaran ini menimbulkan pencemaran lingkungan seperti asap, menambah panas global, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu diteliti dan dikembangkan untuk komoditas diversifikasi bahan baku kerajinan interior, karena jenis kayu ini memiliki kelebihan antara lain pertumbuhan cepat, ringan, awet, tidak mudah dimakan hama perusak kayu, berwarna putih, tidak mudah pecah dan sebagainya. Untuk meningkatkan nilai tambah centre maka dilakukan pengembangan produk melalui pendekatan desain yang digemari masyarakat dan memiliki nilai guna. Untuk memperindah tampilan centre log maka dilakukan penelitian finishing yang digunakan adalah dengan cara eksploitasi serat asli dan warna-warna finishing yang menarik dengan bahan baku yang ramah lingkungan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk komponen interior seperti kursi, meja, gantungan baju, gantungan topi, wall deco, pigura, kap lampu, tempat cd dan lain-lai. Kata Kunci : Sengon, Limbah, Limbah Kayu Lapis, Desain, Finishing, Produk Interior Basar Arifin Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 kayu sengon
6495 Rekayasa Alat Wax Injection Untuk Produksi Perhiasan Dengan Metode Casting
Kode Panggil: BBKB 621.9 Suh s 2009 c.1
telah di laksanakan rekayasa alat Wax injector di Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta selama 10 (sepuluh) bulan. Pelaksana rekayasa di serahkan kepada konsultan perencana yang dalam hal ini ditunjuk PT Proporsi untuk membantu perancangan dengan nara sumber dari tim kegiatan yang di danai dari DIPA Tahun anggaran 2009. Pelaksanaan pembuatan wax injector di lakukan di SeksiAlih Teknologi dan inkubasi Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Peralatan wax inject hasil rancangan ini di harapkan dapat berfungsi sebagaimana yang di harapkan. Hasil uji coba menunjukan bahwa hasil yang terbaik ( hasil cetakan merata , tidak banyak lilin , yang lari keluar moulding, tidakada void) di peroleh pada suhu temperature lilin yang diinjeksasikan ke moulding dengan suhu 75-80 derajat Celcius dan tekanan udar ayang digunakan untuk menekan lilin masuk ke moulding sebesar 0,05 Mpa. Suharyanto,ST,MT Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 wax Injection
6496 Prosiding Lokakarya Nasional Kapas Dan Rami
Kode Panggil: 677(063)/Sul/p
Emy Sulistyowati Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan 2007 Serat Alam
6497 Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil : 50 Tahun,Era Baru Pendidikan Tinggi Tekstil Indonesia
Kode Panggil: 378.6/Sun/s
Sunaryo Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil 2004 Sekolah
6498 Penelitian Optimalisasi Waktu Fermentasi ZWA Indigo
Kode Panggil: BBKB 667.27 Far p
Tanaman Indigofera sudah ada sejak jaman nenek moyang dan bangsa Indonesia sudah sejak dulu telah menggunakan untuk memberi warna biru (wedel) pada pembuatan batik tradisional. Sampai sekarang pasta indigo masih dipakai untuk mewarnai batik dan tekstil kerajinan (tritik, jumputan), bahkan dapat dipakai untuk mencelup serat non tekstil. Permasalahan yang terjadi dalam pembuatan pasta indigo belum mendapatkan hasil pasta indigo dengan kualitas sama bahkan kadang pasta indigo tidak jadi sehingga tidak dapat mewarnai kain. Dengan demikian saat ini perlu dilakukan penelitian pada proses dalam mekanisme pembuatan pasta warna indigo. Tujuan penelitian adalah mendapatkan proses fermentasi indigo yang efisien dan memperoleh beragam proses fermentasi. Efektifitas hasil pasta indigo dapat dilihat pada proses fermentasi. Pelaksanaan proses fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan variasi waktu fermentasi (6,12,18,24,36,42,48,54,60,66) jam yang merupakan variabel bebas. Adapun variabel pengambilan daun (Indigofera Tinctoria), pengeburan, proses reduksi dan pencelupan kain diabaikan (variabel tetap). Daun Indigofera Tinctoria direndam dengan waktu yang ditentukan kemudian larutan diambil 10 cc dan diuji ketuaan warna dalam bentuk larutan. Larutan yang masih ada diteruskan dengan proses pengeburan sampai menjadi pasta yang digunakan untuk mewarnai kain sutera, prima dan primisima. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa jenis tanaman Indigofera dari daerah Gunung Kidul hasil pasta warna lebih bagus dari jenis tanaman Indigofera Tinctoria dari daerah Kulon Progo dan Karang Tengah. Optimalisasi waktu fermentasi yang disarankan berdasarkan penelitian supaya hasil pewarnaan optimal adalah 36-48 jam, ketahanan luntur warna terhadap pencucian yaitu antara 4 s/d 4-5, Sedangkan ketahanan luntur warna terhadap gosokan 3-4 dan terhadap sinar matahari sebesar 4-5. Nilai pengujian tersebut menunjukan bahwa hasil penilaian baik. Proses yang diterapkan untuk pembuatan produk menggunakan waktu fermentasi 42 jam. Kata Kunci : Fermentasi, pasta indigo, pewarnaan Farida, Dipl, Teks Balai Besar Kerajinan Dan Batik 2009 zat warna alam