1_(Medium)41


Lomba Selendang Indonesia diselenggarakan dalam rangkaian Pameran Adiwastra Nusantara 2019 di JCC, 20-24 Maret 2019. Peneliti BBKB, Novita Ekarini dengan karya "Perahu Bertjadik" meraih Juara II, sedangkan "Nusa Pala" karya Teknisi Litkayasa BBKB, Tika Sulistyaningsih menyabet Juara III. Sedang juara I dalam kategori yang sama diraih oleh jebolan kegiatan Innovating Jogja yang diselenggarakan BBKB, Ibu Wiraty dari Tizania Jumputan.

Salah satu yang menjadi inspirasi adalah obyek wisata Candi Bororbudur yang merupakan warisan budaya Indonesia dan candi budha terbesar didunia yang ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO. Bentuk bangunan yang megah dan relief dengan detail pahatan yang unik serta memiliki cerita  membuat semua orang ingin mengunjunginya. Salah satu relief di candi borobudur terpahat kapal yang mencerminkan budaya maritim. Hal ini memunculkan pendapat bahwa Wangsa Sailendra dari kerajaan maritim kuno telah menjadi pelaut.

Jenis kapal yang terpahat di relief candi borobudur adalah kapal bercadik atau dalam ejaan lama di sebut bertjadik yaitu sejenis penyangga yang terbuat dari kayu atau bambu yang di pasangkan pada sisi kiri dan kanan perahu agar tetap seimbang. Relief perahu bercadik itulah yang diyakini bahwa nenek moyang kita adalah “orang pelaut” dan merupakan jejak maritim Indonesia.

Hal tersebut memberikan inspirasi Novita Ekarini dalam pembuatan selendang untuk mengikuti Lomba Selendang Indonesia 2019 dalam  Adiwastra Nusantara dengan judul “ Perahu Bertjadik”.

Selendang ini dibuat dengan kain dari bahan tenun ATBM untuk memberikan kesan klasik pada selendang. Dalam proses pewarnaanya selendang ini di ikat dan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian tengah selendang (matahari), bagian langit (tritik motif kayu manis), dan bagian laut (perahu bertjadik).

Dalam pembuatanya selendang tersebut mengunakan teknik jumputan, tritik dan batik. Jumputan digunakan pada bagian tengah selendang yang di umpamakan sebagai sinar matahari. Kain pada bagian tengah selendang dijumput dan di ikat pada 4 (empat) bagian agar menghasilkan perubahan warna  saat di celup. Warna yang di gunakan pada bagian ini adalah dengan pewarna alam dari Tegeran agar menghasilkan warna kuning kemudian di fiksasi pada bagian jumputanya saja dengan tawas.

Sedangkan teknik yang kedua adalah tritik. Tritik yang  pertama digunkan pada bagian langit dengan motif penampang kayu manis karena merupakan salah satu rempah – rempah asli indonesia, hasil dari teknik tritik ini akan menyerupai pancaran sinar yang akan terlihat seperti terusan dari sinar matahari. Dengan menggunakan pewarna alam dari kulit buat Jalawe agar menghasilkan warna coklat. Pada bagian langit ini saja di fiksasi dengan menggunakan kapur.

Adapun  teknik yang terakhir adalah  batik yang diaplikasikan dalam pembuatan perahu. Posisi perahu ini terdapat di dua bagian yaitu bagian langit dan bagian laut agar mencerminkan perahu sedang berlayar. Warna pada perahu ini menggunakan pewarna alam tingi agar menghasilkan warna coklat kemerahan seperti kayu dan di fiksasi dengan tawas. Pada bagian laut terdapat teknik tritik kedua yang digunakan untuk menciptakan gelombang laut. Warna pada bagian ini juga menggunakan pewarna alam jalawe hanya fiksasinya menggunakan tunjung agar mendapatkan warna yang gelap sehingga mencerminkan laut yang dalam. Pada bagian akhir untuk menambah keindahan dari selendang di berikan rumbai pada kedua tepinya.

Begitu juga Tika Sulistyaningsih dengan hasil karyanya Nusa Pala, Nusa berarti Nusantara dan Pala sebagai salah satu bentuk simbol rempah-rempah yang dulu pernah berjaya di perdagangan Indonesia. Nusantara dituangkan pada selendang dalam bentuk gugusan pulau yang menggunakan teknik tritik. Di sekitar motif pulau terdapat motif jumputan/tritik yang menggambarkan pala sebagai rempah-rempah dan motif Bunga yang menggambarkan keanekaragaman sumber daya alam Indonesia. Pada bagian ujung tumpal selendang terdapat motif Jumputan inovasi untuk menambah keindahan selendang.

 

Teknologi prosesnya cukup sederhana dengan membuat pola diatas kain,pola motif pulau Indonesia dan buah pala, mengikat jumputan dan menjahit tritik sesuai pola. Pada proses Jumputan,menggunakan teknologi jumputan inovasi yang merupakan hasil litbang BBKB, kain dilipat dan diikat/dijahit sehingga setelah dicelup warna dan dibuka akan menghasilkan motif tertentu.

 

Piala

Bagikan di Media Sosial Anda