Jumlah Data : 7026
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
1501 | Studi Tentang Teknik Cabut Warna Pada Media Tenunan Tali Agel Di Balai Besar Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: 677.54 Her s |
Hernawati | Universitas Sebelas Maret | 2013 | tenun agel | |
1502 | Teknologi Pembuatan Lilin Sebagai Model Perhiasan Dengan Metode Vacuum Wax Injector Di Balai Besar Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: 671.1 Nas t |
Ali Torkis Nasution | Sekolah Tinggi Teknologi Nasional | 2013 | lilin sebagai model perhiasan | |
1503 | Pembuatan Blus Kerja Di Balai Besar Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: 687.01 Asw p |
Suryanti Aswad | Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta | 2012 | Blus Kerja | |
1504 | Pembuatan Blus Kerja Di Garmen Balai Besar Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: 687.01 Kus p |
Agnes Riaully Kusuma Ningsih | Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta | 2012 | Blus Kerja | |
1505 | Penelitian Warna Primer Dan Mordan Dari Bahan Alami Kode Panggil: BBKB 667.2 Far p 2013 |
Penelitian warna primer dan mordan dari Bahan Alami bertujuan untuk mendapatkan mordan alam untuk pewarnaan warna primer merah dan kuning serta teknologi pengambilan zat warna dari tanaman penghasil warna merah untuk batik dan benang tenun. Penelitian ini di lakukan dengan beberapa tahapn meliputi persiapan penelitian dan evaluasi . Dalam penelitiaan ini menggunakan 3 jenis zat warna alam dengan variasi pelarut, jenis kain dan mordan awal, serta mordan akhir. Pewarnaan dilakukan dengan pencelupan dan pelepasan lilin dilakukan dengan pelorodan. Dari hasil penelitian di dapatkan variasi arah warna dari kuning keemasan, kuning kehijauan , cokelat muda hingga merah kecoklatan . Pengujian ketahanan luntur terhadap pencucuian dengan gosokan bernilai rata-rata 4 (baik). penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh pelarut, mordan awal dan akhir serta jenis kain mempengaruhi arah dan intensitas warna yang di timbulkan . Kata Kunci : Warna Primer, Mordan, Teknologi Pengambilan zat Warna | Farida,S.Teks.M.Sc | Balai Besar Kerajinan dan Batik | 2013 | Zat Warna Alam |
1506 | Eksplorasi Pembuatan Zat warna Alam Dalam Bentuk Pasta Dengan Teknik Evaporasi Kode Panggil: BBKB 667.27 Suh e 2013 c.1 |
Pengambilan zat warna alam (zwa) dapat dilakukan melalui ekstraksi dan fermentasi, cara ekstrasi melalui proses perebusan sedang cara fermentasi hanya dilakukan pada daun indigofera. Hasil ekstraksi zwa bersifat tidak stabil, bervolume relatif besar sehingga diperlukan tempat atau kemasan yang besar, bermasalah dalam proses ekspedisi atau pengangkutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh zat warna alam dalam bentuk pasta melalui proses evaporasi yang lebih stabil, dan lebih mudah dalam pengemasan, ekspedisi, dan sebagai substitusi zat warna sintesis yang ramah lingkungan. Kegiatan lingkungan meliputi identifikasi proses fermentasi dan ekstrasi dengan bahan ekstrak air, perencanaan desain penelitian pembuatan zwa dengan bentuk pasta dengan teknik evaporasi, uji coba pembuatan zwa dalam bentuk pasta, pengukuran viskositas, intensitas warna, panjang gelombang warna, pembuatan arah warna, uji coba proses pewarnaan pada kain batik, dan pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinar, serta penyusunan laporan. Bahan pewarna alam yang digunakan berjumlah sepuluh jenis terdiri dari; kayu tingi, tegeran, nangka, mahoni, secang, kulit buah manggis, biji buah kesumba (bixa), daun marenggo (tekelan), mangga, dan indigofera tictoria. Dari hasil penelitian 10 jenis zwa pembuatan zwa dalam bentuk pasta menunjukan nilai viskositas meningkat seiring dengan penambahan waktu pemanasan dan suhu, rata-rata berkisar antar 5-6'BE, nilai yang tertinggi pada ekstrak daun marenggo dan fermentasi daun indigofera tinctoria 11,5'BE. Nilai intensitas warna mencapai angka 5 atau warna paling tua, dengan panjang gelombang yang tertunggi adalah ekstrak daun marenggo (tekelan), yaitu 659.0 nm, kemudian berurutan biji buah kesumba (bixa) 658.0 nm, kulit buah manggis 657.0 nm, kayu nangka dan secang, yaitu 652.0 nm. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinaruntuk ekstrak zwa dengan ratio 1:6 tanpabahan fiksasi antara 3 dan 4, dengan fiksasi kapur nilai tertinggi hasil celupan ekstrak kayu tingi dengan nilai 4, dengan fiksasi tunjung, yang terbaik adalah hasil celupan hasil fermentasi daun indigo (indigofera tinctoria), yaitu4-5 dan 4, Selanjutnya fiksasi tawas,yang terbaik adalah hasil celupan ekstrak daun marenggo (tekelan) dengan nilai 4 dan 4-5, dengan fiksasi larutan kapur dan tetes gula tebu, n, yaitu celupan dengan ekstrak daun mangga, yaitu masing-masing nilai 4 dan 4-5;4 dan 4. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinar pada kain katun dan sutera untuk ekstrak zwa dengan ratio 1:8 tanpa bahan fiksasi, yanmg terbaik hasil celupan ekstrak kayu tingi yaitu 4-5 dan 4. Selanjutnya dengan fiksasi larutan kapur, yang terbaik hasil celupan ekstrak kulit buah manggis, ketahanan cuci dan sinarnya 4-5. Dengan fiksasi larutan tunjung, dengan nilai 5 dan 4-5, yaitu dari hasil celupan ekstrak kayu tegeran. Dengan fiksasi larutan tawas, hasil celupan dari ekstrak kulit buah manggis ketahanan cucinya 5, sedang ketahanan sinarnya 4. Kemudian dengan fiksasi kapur plus tetes gula tebu, ekstrak kayu tingi dan kayu mahoni dengan menunjukan nilai yang terbaik, yaitu 5, sedang ketahanan sinarnya menunjukan nilai yang sama, yaitu 4, dan 4-5. Hasil perhitungan pembuatan zwa pasta, pasrta yang terbentuk setiap liternya yaitu 0,05 liter, dengan waktu 53 menit, dengan memnghabiskan bahan bakar gas LPG 1,73 kg atau dikonfersi terhadap rupiah 1,75:3xRp 16.500,-=Rp 9.515,- Kata Kunci: evapoprasi, intensitas, ketahanan luntur warna, viskositas, zwa pasta | Ir.Dwi Suheryanto,M.Eng | Balai Besar Kerajinan dan Batik | 2013 | Zat Warna Alam |
1507 | Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Di Balai Besar Kerajinan dan Batik Kode Panggil: BBKB 658.562 Wis p 2013 |
Salah satu cara untuk menigkatkan kinerja di Unit Pelayanan Pelatihan Teknis Balai Besar Kerajinan dan Batik (PPT-BBKB) adalah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai ISO 9001:2008. ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu/kualitas yang menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Penerapan ini bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Mutu, unit PPT-BBKB telah mempunyai dokumen 4 level yang telah tersusun pada tahun sebelumnya yaitu Pedoman Mutu, Prosedur Operasional, Instruksi Kerja serta Formulir-formulir. Tahapan penerapan meliputu Kaji Ulang Dokumen, Audit Internal (AI), Tindakan perbaikan atas AI, Kaji Ulang Manajemen, Perbaikan Dokumen serta Sosialisasi. Hasil kegiatan ini telah tersusun dokumen SMM yang terkini yang telah disesuaikan dengan kondisi BBKB saat ini baik personilnya (SK Tim, Daftar Instruktur Pelatihan), SOP(Prosedur Operasional), Dokumen pendukung lainnya serta sarana dan prasarana lainnya yang kesemuanya telah dilakukan sosialisasi kepada organisasi PPT-BBKB. Kata Kunci: Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 | Drs.Andreas Wisnu Pamungkas,M.Si | Balai Besar Kerajinan dan Batik | 2013 | Iso 9001:2008 |
1508 | Pengembangan Ipal Pewarnaan Pembatikan Pendukung Produksi Kode Panggil: BBKB 628.19 Sul p 2013 |
Industri batik masih dihadapkan pada masalah pencemaran lingkungan. Sebagian industri masih membuang air limbahnya langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sosialisasi mengenai produksi bersih dalam rangka meningkatkan efisiensi produk dan minimalis limbah telah banyak dilakukan. Namun pengolahan air limbah sebagai upaya terakhir belum banyak dikerjakan karena berbagai alasan. Balai Besar Kerajinan dan Batik telah melakukan penelitian pengolahan limbah cair batik dengan keluaran satu buah desain unit IPAL. Namun desain tersebut belum diterapkan menjadi prototipe IPAL untuk di oprasikan dan di teliti lebih lanjut. Oleh karena itu, Balai Besar Kerajinan dan Batik dengan anggaran DIPA 2013 telah melaksanakan kegiatan berjudul pengembangan IPAL Pewarnaan Pembatikan Pendukung Produksi Bersih. Tujuan Kegiatan ini adalah tersedianya metodologi pengolahan air limbah pada IPAL pewarnaan pembatikan sebagai pendukung produksi bersih dan bangunan fisik IPAL batik denga tahapan pengolahan yang lebih di sempurnakan yaitu dengan ditambahnya proses biofilter agar berfungsi optimal. Kegiatan ini dilakukan dengan bebrapa tahapan yaitu: tahap persiapan, tahap pembuatn dan tahap uji coba. Tahap persiapan yaitu konsultasi ke pusat Teknologi Limbah , Yayasan Dian Desa yogyakarta untuk menentukan urutan proses pengolahan. Urutan proses pengolahan yang di pilih adalah ekualisasi, kpagulasi, Anaerobic Filter (biofilter) dan adsorbsi karbon aktif. Tahap pembuatan bangunan fisik meliputi pembuatan fondasi , bak bak IPAL , sumur resapan, perpipaan dan instalasi listrik . Tahap uji coba batik meliputi : mencari dosis penambahan tawas untuk koagulasi air limbah; di IPAL dan menguji kualitas air limbah sebelum dan sesudah proses serta menguji kualitas air tanah. Disamping itu dilakukan juga penelitian mengolah limbah pekat dan mengujin kualitasnya sebelum dan sesudah proses secara skala laboratorium . Hal ini akan berguna bagi IKM batik kecil yang tidak memungkinkan mempunyai IPAL karena sangat terbatas dalam lokasi dan keuangan Dari kegiatan dalam penegmbangan IPAL Pewarnaan Pembatik Pendukung Produksi Bersih diperoleh hasil kegiatan berupa satu unit bangunan fisik IPAL batik yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengolah air. Seluruh air limbah industri batik hasil diklat di BBKB akan mengalir kedalam bak kowen (wax trap) dan selanjutnya mengalier ke bak penampungan (bak ekualisasi). Setelah cukup banyak kira-kira 1.500 liter, air limbah di naikan ke bak koaguasi dan di olah secara kimia menggunakan tawas 0,5 g/l. Hasilnya di uji parameter pencemaranya dan di evaluasi nilainya sebelum dan sesudah pengolahan. Pengolahan dalam IPAL tersebut bertujuan untuk menurunkan parameter pencemar. Nilai ambang batas untuk DIY adalah BOD= 50, COD= 100 dan TSS= 200. Penurunan parameter pencemar harus memenuhi kualitas air golongan C dimana air dapat di gunakan untuk keperluan perikanan , perternakan dan keperluan lainnya, dengan nilai ambang BOD = 150 dan COD = 300. Disamping dilakukan juga pengolahan air limbah pekat dennga menggunakn tawas 0,7 g/l secara skala laboratorium. Hal ini berguna bagi IKM bati skala kecil yang produksinya di bawah 30 potong per bulan. Pengolahan denga tawas tersebut dapat menurunkan parameter BOD dan COD. Karena teknologi proses batik terus berkembang dan dalam satu IKM batik dapat membuat bermacam-macam proses batik , mak ajenmis dan kualitas air limbah batik akan semakin kompleks dan berubah- ubah. Oleh karena ittu perlu dilakukan penelitia terus menerus baik cara pengolahan pada IPAL, cara pengolahan tepat guna maupun cara meminimasi limbah agar di peroleh pengadilaan lingkungan yang lebih baik. Kata Kunci: IPAL Pewarnaan | Sulaeman,S.Teks | Balai Besar Kerajinan dan Batik | 2013 | Ipal Pewarnaan Batik |
1509 | Pengembangan Desain Dan Mutu Produk IKM Batik Tekstil Kerajinan Kode Panggil: BBKB 75.02 Mas p 2013 |
Basis data mengenai peta persebaran IKM unggulan daerah , data produksi , pemasaran, pendukung serta permasalahan yang dihadapi IKM kerajinan masih sulit ditemui. Sedangkan basis data khususnya mengenai desain dan mutu produk kerajinan dan kerajinan sangat di perlukan BBKB sebagai bahan masukan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah kegiatan pengembangan desain dan mutu produk ikm batik tekstil kerajinan sebagai sebuah langkah awal penyimpanan basis data dan upaya pengembangan data alternatif desain batik tekstil kerajinan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan basis data mengenai desain, mutu dan desain, dan mengetahui permasalahan di IKM kerajinan dalam mengembangkan desain dan mengetahui permasalahn yang terkait mutu produk yang dihasilkan. Kegiatan dilaksanakan melalui bebrapa tahapan yaitu pencairan data , pelaksanaan kegiatan identifikasi desain dan mutu produk di lapangan serta permasalahannya , kompilas dan pengolahan data , penyusunan basis data ikm kerajinan yang berisi informai mengenai desain, kualitas produk, permasalahnnya dalam bentuk laporan penelitian. Kegiatan ini dibatasi pada studi pasar di Jakarta , Semaran dan studi lapangan ke ikm batik tekstil kerajinan di makassar , nusa tenggara timur , kalimantan selatan dan maluku . Hasil penguian contoh produk batik tekstil kerajinan yang berkaitan dengan ketahanan luntur warna rata-rata menunjukan nilai baik, tetapi dalam hal desain motif masih perlu di tingkatkan . Peningkatan desain harus mengikuti perkembangan kebutuhan mmanusia zaman sekarang. Kata Kunci : Desain dan Mutu | Masiswo,S.Sn.M.Sn | Balai Besar Kerajinan dan Batik | 2013 | batik |
1510 | Rekayasa Mesin Bending Rotan Berbasis Steam Kode Panggil: BBKB 621.9 Suh r 2013 |
Rotan dapat dibuat untuk bahan kerajinan baik anyaman maupun mabel, dapat dibengkokkan maupun diirat sebagai bahan anyaman. Disaat ini teknologi peralatan tepat guna sangat dibutuhkan dan dituntut keberadaannya karena dipandang mampu meningkatkan produktivitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Indonesia merupakan satu-satunya negara pengahasil rotan terbesar di Dunia, maka sangat tepat bila digunakan teknologi dalam pengolahan rotan baik berupa proses maupun peralatan yang akan menghasilkan produk kerajinan dengan bahan baku rotan. Dalama proses pengolahan rota khususnya untuk membengkokkan rotan biasanya dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan alat pembengkok yang terbuat dari kayu, yang disebut catok serta bantuan pemanasan menggunakan blender kompor. Permasalahan yang timbul di UKM dalam proses pembengkokkan rotan masih dijumpai noda kehitaman bekas api semburan dari blender kompor sehingga akan mengurangi mutu dan kualitas produk. Penggunaan peralatan catok dan blender kompor dirasakan masih belum optimal dan membutuhkan waktu relatif lama. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu adanya peningkatan teknologi alat pembengkok rotan dengan melakukan kegiatan Perekayasaan yang dibiayai oleh anggaran DIPA tahun 2013 dengan judul Rekayasa Mesin Bending Rotan Berbasis Steam. Cara pembengkokkan dengan mesin ini dilakukan dengan cara rotan tersebut dilunakkan dengan uap air panas pada tabung pengukusan kemudian di bengkokkan pada meja moulding pembuat pola bengkokkan. Mesin Bending hasil rekayasa diharapkan mampu untuk membengkokkan rotan dengan efektif dan tepat guna disamping itu proses akan lebih cepat, dengan kontruksi alat yang sederhana, mudah pengoperasiannya dan dapat dijangkau oleh UKM. Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Alih Teknologi dan Inkubasi Balai Besar Kerajinan dan Batik di Yogyakarta. Metode yang dilakukan adalah survey lapangan, survey literatur, perancangan desain, pengadaan bahan, pembuatan alat, uji coba alat, finishing alat, evaluasi dan pelaporan. Luaran dari kegiatan ini adalah suatu prototype mesin bending rotan berbasis steam dengan spesifikasi: pemanas: kompor gas 20.400 Btu/h, demensi: panjang: 2,25 m, lebar: 60 cm, tinggi: 80 cm, kapasitas: 19 batang/ 15 menit, berat: 55 kg. Dari hasil uji coba mesin bending rotan berbasis steam dapat digunakan untuk membengkokkan rotan dengan diameter dari 2,4 sampai dengan 3,2 cm dengan hasil baik. Kata Kunci: mesin bending, mebel, rotan. | Suharyanto,ST,MT | Balai Besar Kerajinan dan Batik | 2013 | mesin rotan |