artikel_tenun


Tenun di Perpustakaan BBKB

Oleh Ivone De Carlo

 

Suara khas jemari si penenun setia mengurai

Mengatur lembut, merentang benang

Berpadu dengan gemertak peralatan tenun yang terbuat dari kayu

Seolah menghadirkan sebuah musik orkestra

 

Dalam rangka memperingati hari Tenun yang jatuh pada tanggal 7 September, maka perpustakaan Balai Besar Kerajinan dan Batik, BBKB mengajak sobat industri untuk sejenak mengenal tenun melalui koleksi perpustakaan BBKB.  Sebagai perpustakaan khusus, perpustakaan BBKB memberikan layanan kepada pemustaka di lingkungan BBKB dan secara terbatas memberikan layanan kepada pemustaka di luar BKKB.

Sebagaimana diungkapkan  dalam buku Inovasi Menjaga Tradisi, BBKB mempunyai Laboratorium Tenun.  Oleh karenanya, untuk melengkapi wawasan karyawan yang bernaung di Laboratorium Tenun khususnya dan para karyawan BBKB pada umumnya, perpustakaan BBKB mengakomodir koleksi tentang tenun dalam pengembangan koleksinya.

Buku merupakan salah satu media untuk menyebarluaskan informasi. Penyebarluasan informasi tentang tenun melalui buku sudah dilakukan sejak lama.  Terbukti dengan dengan buku Tenun karangan J.E.Jasper (1874-1945) dan Mas Pringadie (1865-1936).  

 

Buku tentang tenun ini dijumpai pada jilid dua dari lima jilid buku berbahasa Belanda dengan tebal keseluruhan 1.900 lebih halaman. Terbit pertama kali tahun 1912 dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2017 oleh Dekranas, Dewan Kerajinan Nasional.  

Menguraikan tentang bahan tenun, pengolahan dan pewarnaan benang, lungsin, pakan, alat tenun dan menenun, ikat, menenun sabuk dan menenun dengan kartu, tenun dan pola tenun.

 

. Tenun sebagai salah satu warisan kebudayaan, diabadikan dalam buku Tenunan Indonesia.  Merupakan jilid ke tiga dari dari sepuluh jilid seri buku Indonesia Indah yang diterbitkan dalam rangka ulang tahun Taman Mini Indonesia Indah yang ke 20 pada tahun 1995

 

Buku ini membahas tentang seni tenun.  Mulai dari bahan-bahan yang digunakan, cara-cara pembuatan tenun tradisional dari berbagai daerah, arti simbolik dari corak dan warna tenun, serta uraian mengenai keindahan tenunannya.  

Kepustakaan dan koleksi kain-kain ini memungkinkan diperolehnya suatu gambaran menyeluruh tentang konsentrasi kegiatan menenun di Indonesia, terutama dari segi-segi kesejarahannya.  Dengan demikain sedikit banyak terpantau pulalah sentra-sentra tenun yang walaupun tidak menunjukan aktivitas, tetap penting dan menarik untuk diungkapkan

 

Cita Tenun Indonesia menunjukkan perhatiannya terhadap tenun dengan menerbitkan buku Tenun: Handwoven Textiles of Indonesia pada tahun 2010.

 

Tenun merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Indonesia yang penggunaannya semakin berkembang.  Banyaknya  minat masyarakat menunjukkan bahwa kain tenun memiliki nilai estetika yang dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karenanya penelusuran kembali sejarah indah tekstil tenunan tangan Indonesia seperti ikat ganda Bali, songket benang emas Sumatera, ikat lusi Nusa Tenggara Timur diantara banyak contoh warisan tekstil yang belum terdokumentasi perlu dilakukan .

 

Kementerian Perdagangan turut mendokumentasikan tenun dengan menerbitkan buku Khasanah Tenun Indonesia pada tahun 2015.

 

 

 

 

 

Buku ini berisi ragam dan jenis tenun yang ada di Indonesia, dari Sumtera hingga Nusa Tenggara.  Seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaaan.  Kultur sosial dalam masyarakat Indonesia seperti sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan lambang strata sosial dalam masyarakat telah memberikan sentuhan warna dalam tenun. Seiring waktu, pembuatan kain tenunpun dipengaruhi oleh banyaknya saudagar India, Cina, dan Eropa yang datang ke Indonesia.

 

Tenun juga menjadi topik utama majalah Karya Indonesia, KINA dengan judul Mahakarya Kerajinan Tenun sebagai topik utamanya dalam dua edisi yaitu Edisi 04/2017 dan 2018

Tenun merupakan salah satu warisan serta kebudayaan masyarakat Indonesia yang sangat beharga. Semakin banyak orang Indonesia yang tahu dan mengerti akan nilai dari suatu tenun maka akan lestarilah kebudayaan tersebut. Melalui majalah ini diungkap tenun yang masih dilestarikan dan digunakan oleh masyarakat di Indonesia dari Sumatera Utara sampai Papua Barat.  Diulas juga mengenai teknik pembuatan kain tenun songket dan ikat, Batik Gedog Tuban yang layak Mendapatkan Indikasi Geografis, dan Merdi Sihombing dalam mendorong Eco dan Ethical Fashion.

 

 

 

 

Merupakan lanjutan dari edisi sebelumnya.  Mengungkap tenun dari Aceh sampai Maluku Tenggara Barat.  Dilengkapi dengan uraian tentang Erek: Alat Pemintal Benang dan Sekir: Alat Pendukung Proses Tenun.

 

 

 

 

 

 

 

Tenun tidak hanya diungkap dalam skala nasional.  Tenun dari beberapa daerah tertentu seperti tertuang dalam buku Album Tenun Tradisional Aceh, Sumatera Barat, Sukawesi selaan dan Nusa Tenggara Barat turut menjadi bahan publikasi. 

Buku yang merupakan hasil survei Proyek Media Kebudayaaan ini berisi gambar atau foto indah dengan ditambah deskripsi singkat namun tepat.  Dengan demikian diharapkan dapat menjadi alat yang menarik untuk memperkenalkan kebudayaan, tenun.  Selain itu dapat menjadi sumber inspirasi dalam perkembangan seni budaya nasional yang berkepribadian bangsa.

 

 

 

Kain Tenun Tradisional Nusa Tenggara telah menjadi dasar penulisan  Swati Kartika pada tahun 1973.

 Dalam rangka kegiatan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Pusat Jakarta, dilakukan usaha rehabilitasi kegiatan-kegiatan di bidang penelitian dan penerbitan Museum Pusat. Koleksi hasil tenun dari Nusa Tenggara merupakan bagian yang disimpan dan dirawat di Museum Pusat.

Oleh karenanya diterbitkan buku yang menguraikan proses, teknik, dan ragam hias tenun Nusa Tenggara ini.  

 

 

 

 

 

Demikian juga dengan Fenny Purnawan.  Beliau menulis buku Tenun Tradisional Nusa Tenggara Timur pada tahun 2004.

 Dengan kedua belah tangannya, para perempuan penenun di Nusa Tenggara Timur melahirkan kain-kain yang bernilai tinggi.  Kain untuk suami, kain untuk dua hari penting dalam kehidupan mereka yaitu pernikahan dan kematian.  Dalam diam, perempuan menenun dan bahagia.  Tanpa disadari, mereka telah mengawal nilai-nilai luhur yang membuat mereka bertahan hidup ditengah-tengah alam yang keras.

 

 

 

 

Adakah sobat industri yang belum kenal dengan Tenun Ulap Doyo?  Kalau belum kenal, berikut informasinya ya.  

 Di jantung Kalimantan terdapat seni wastra yang tak ternilai harganya, tenun doyo.  Tenun doyo unik karena dibuat dari serat daun doyo serta ditenun dengan teknik ikat. Buku ini menyajikan keindahan tenun doyo dari Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Proses kreatif buku ini mengantarkan penulis Syahmedi Dean dan fotografer Honda Tranggono berkunjung langsung ke sentra penenun kain tenun doyo di Tanjung Isuy dan Tebisaq. Mereka menyajikan keindahan tenun doyo dan dalam penulisan yang informatif dan visualisasi fotografi yang indah,

 

 

 

 

 

 

 Buku yang membahas sejarah dan perkembangan tenun, peralatan dan bahan pembuatan alat tenun ini merupakan salah satu kegiatan inventarisasi aspek-aspek tradisi yang berkaitan dengan kain tradisonal di Indonesia.  Menguraikan proses menenun dengan uraian tentang bahan baku, proses pengolahan serat doyo, pemintalan dan menenun.  Sebagai penutup dibahas mengenai ragam hias tenun, jenis dan fungsi tenun serta nilai-nilai dalam tenun.  

 

 

 

 

 

 

Dua buah buku berikut ini akan memberikan wawasan tentang luasnya penggunaan kain tenun sekaligus menawarkan peluang bisnis.

Buku ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa tenun Indonesia dapat dikembangkan dan digunakan untuk desain interior. Ini mencakup makna tradisionalnya, perjalanannya dari konteks tradisional ke dunia modernitas dan juga eksplorasi ide-ide baru. Mudah-mudahan, ini akan memotivasi lebih banyak orang untuk memberi perhatian lebih besar pada industri rumahan yang akan dapat meningkatkan pendapatan penenun lokal.

 

 

 

 

Buku ini memberikan langkah praktis kepada Anda bagaimana cara membuat aneka pelengkap interior rumah dari kain tenun.  Gambar pola dan foto yang menarik di dalamnya akan mendorong Anda untuk segera mempraktekkannya.  Ada tujuh belas ide kreasi yang bisa Anda dapatkan.  Mulai dari sarung bantal, taplak meja, penutup kulkas, penutup galon air mineral, alas piring makan, penghangaat teko, dan  tempat tisu.  Jika Anda sudah bisa membuatnya sendiri, bukan tidak  mungkin aneka pelengkap interior ini menjadi peluang bisnis untuk menambah  penghasilan.

 

 

 

 

Jika sobat industri tertarik untuk berkecimpung dalam industri kreatif terkait dengan tenun, maka membaca buku ini dapat dijadikan langkah awal.

  Penyusunan buku ini adalah kerjasama antara Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan Universitas Sebelas Maret (UNS).  Sasaran buku panduan ini adalah para calon atau pelaku usaha pemula yang tertarik untuk mendirikan dan mengembangkan usaha ekonomi kreatif.  Semoga kehadiran buku ini dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

Tenun juga dijadikan koleksi seperti apa yang dilakukan oleh Ani Bambang Yudhoyono dan Etty Indriati

Buku yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun 2012 ini diawali dengan informasi tentang perangkat tenun yaitu gedogan dan Alat Tenun Bukan Mesin. Dilanjutkan dengan uraian tentang jenis tenun yang meliputi ikat lungsi, ikat pakan, ikat ganda, songket,dan lurik.  Kemudian dijelaskan mengenai benang dan pewarnaan.   Berikutnya adalah tenun di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Terakhir, karya-karya tenun yang dikumpulkan Ani Yudhoyono dari berbagai perjalanan.

 

 

 

 

 

 Tenun Sumba telah melanglang buana dalam dua abad ini, dikagumi orang keindahannya, nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, dan kerumitan cara pembuatannya. Tidak hanya merupakan integritas budaya Sumba dalam siklus hidup dan tradisi orang Sumba, tenun Sumba berkembang memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai karya seni yang menjadi koleksi, baik pribadi maupun museum terkemuka di dalam dan di luar negeri. Buku ini memaparkan berbagai museum terkemuka yang mengoleksi dan menuliskan koleksi tenun Sumba; cara pembuatan, ragam teknik, serta motif dan katalog 100 tenun koleksi penulis dari Pau, Patawang, Rende, Kanatang, Kambera, Kaliuda, Warinding, Melolo, Kodi, Lamboya, Kapunduk, Palindi, dan Anakalang. Dinamika dan keragaman motif serta makna motif pasola, Wilhelmina, kuda, buaya, kra-kura, kucing, dan orang Eropa bermain musik. Dibahas pula munculnya motif burung Garuda Pancasila, lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibuat setelah Indonesia merdeka.

 

Sebagai seorang desainer, Merdi Sihombing turut melengakapi dokumentasi tentang tenun dengan bukunya Perjalanan Tenun.

Tekstil tradisi mengusung keberagaman nilai budaya Nusantara yang tak terhingga.  Warisan leluhur dalam jalinan benang, motif, pewarnaan alam, dan profil ketekunan para pelakunya yang tersebar di seantero pelosok dan pedalaman, tak pernah sebetulnya dikenal secara luas.  Melalui perjalanan yang tertuang dalam buku ini, Merdi Sihombing menguakkan keajaiban inspirasi tekstil tradisi yang masih tersembunyi.  Menyurahkan segala kesungguhannya bagi pengetahuan baru maupun ekplorasi fashion, untuk masa kini dan mendatang.

 

Ceritera terbaca seluruh insan ibu pertiwi

Wahai ...

Siapakah gerangan nun jauh disana?

Penenun pagi hari, peluruh malam

Penggulung malam, peluruh pagi

(Hotpangidoan Panjaitan)

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan di Media Sosial Anda