Jumlah Data : 7072
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
321 | Ringkasan Analisis Djenis Kode Panggil: 546 Bus r c.3 |
Herman Busser | Balai Penjelidikan Kimia | 2000 | Kimia Analisis | |
322 | Adikriya Sulam Indonesia Kode Panggil: 746.3 Eri a |
Kerajinan sulam atau bordir merupakan salah satu Adikriya anak bangsa yang sarat nilai filosofis estetis. Sulam tak sekedar menguntai benang-benang indah membentuk gambar, melainkan juga memuat nilai-nilai kehidupan. Sebagai karya seni bernilai tinggi, sulam menuntut ketelitian, kejelian kesabaran, dan kepekaan rasa akan keindahan dalam membuatnya. Jejak sulam tersebar di nusantara sejak ratusan tahun lalu, dibawa oleh pedagang–pedagang asal China, di abad ke 18 Masehi. Di masa lalu tidak sembarang orang bisa mengenakan pakaian dengan sulaman, karena hanya dipakai oleh keluarga kerajaan dan para bangsawan. Buku sulam yang bisa menjadi referensi, tidak hanya untuk perajin dan pecinta sulam, tetapi untuk mayarakat luas. Menyajikan tidak hanya foto-foto dari beragam jenis sulam, tetapi juga menawarkan informasi lain seperti sejarah sulam, definisi sulam, sentra-sentra sulam serta perkembanganya di Indonesia. | Wiwin Erikawati | Yayasan Sulam Indonesia | 2012 | Sulaman – Indonesia |
323 | Isen-Isen: Dalam Batik Tati Suroyo Kode Panggil: 75.02 Bam i |
Kedudukan batik sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia sudah diakui dunia. Sejarah batik yang sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu, masih bertahan hingga saat ini berkat kemampuannya untuk beradaptasi dengan situasi baru dan menyerap konsep baru. Hal inilah yang dilakukan Tati Suroyo dengan batik. Tati mengisi ruang-ruang kosong dalam desain batiknya dengan ragam hias pengisi bidang latar atau isen-isen, yang dikerjakan dengan ketekunan dan keahliannya. Jenis isen-isen karya Tati Suroyo, yang tidak lain adalah ibunda dari penulis buku ini, diantaranya Cecek, Galaran lurus, Manggisan, Omah gareng, Beras mawur, Gribigan, Grandilan, segi empat, Banji dan Galaran Brintik. Dalam hal pewarnaan, Tati Suroyo salah satu pebatik yang merintis pemakaian pewarna kimia, yang membuat warna-warna batiknya lebih cerah dan tidak mudah luntur. Dia juga menambahkan malam untuk batik dikedua sisinya (rengrengan dan terusan) dengan motif yang nyaris sama dan terlihat sempurna yang hanya mampu dibedakan oleh para ahli. | Irawati Suroyo Bambang As | PT Ciriajasa Rancang Bangun | 2012 | Batik |
324 | Floating Threads : Indonesian Songket and Similar Weaving Traditions Kode Panggil: 677.024 Ach f |
Judi Achjadi | Sriwijaya Pustaka Indonesia | 2015 | Tenun | |
325 | Batik Winotosastro: Pemikiran, Perjuangan, dan Upaya Winotosastro Mengangkat dan Melestarikan Kerajinan Batik Kode Panggil: 75.02 Sup b |
Buku ini berisi pemikiran dan perjuangan Winotosastro mengangkat dan melestarikan batik. Winotosastro mempunyai keunggulan pemikiran yang masih relevan untuk disimak. Keberhasilan adalah sebagai proses dalam berwiraswasta, bukan sebagai tujuan, sehingga informasi di dalam buku ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Winotosastro kukuh memilih padat karya yang bisa mengangkat pengrajin batik dari pada padat mesin yang komersial. Ia memperbaiki lingkungn kerja supaya tidak kumuh,pengajin nyaman bekerja dan sehat. Jatuh bangun dalam bisnis dianggap sebagai pelajaran dan uji coba yang positif untuk tahap meraih cita-cita. Hal itu beliau tempa dalam berbagai kegiatan, baik di koperasi batik, organisasi sosial, maupun sebagai pengusaha batik dan hotel. | Supriharjo | Winotosastro Group | 2013 | Batik |
326 | Batik Sudagaran Surakarta: Koleksi Hartono Sumarsono Kode Panggil: 75.02 Sum b |
Pada masa penjajahan Belanda kita tahu di Jawa Tengah ada daerah yang disebut Vorstenlanden, wilayah kerajaan. Vorstenlanden meliputi yang kita kenal sekarang sebagai Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Kadipaten mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman. Batik yang dihasilkan di Vorstenlanden didominasi olah warna cokelat, biru, dan biru kehitaman. Sebelum dikenal warna sintetis yang semula didatangkan dari Jerman, warna cokelatnya diperoleh dari tanaman soga dan warna birunya dari tanaman tarum. Wilayah kerajaan itu, selain menghasilkan batik yang biasa disebut batik keraton, juga menjadi sumber batik jenis lain yang disebut batik Sudagaran. | Hartono Sumarsono | PT Gramedia Pustama Utama | 2019 | Batik |
327 | Ensiklopedia Pariwisata Indonesia: Batik Cantik di Indonesia Kode Panggil: 75.02 Mua e |
Desa Wisata Batik Kayu Krebet, demikian nama sebuah kampung di Jogjakarta. Krebet adalah sebuah daerah bertanah kapur yang tandus. Awalnya masyarakat Krebet mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Tetapi karena kegiatan pertanian hanya berlangsung musiman dan mengandalkan pengairan tadah hujan serta keadaan tanahnya yang tandus, maka warga setempat mengembangkan keahlian lain untuk membuat barang-barang kerajinan dari kayu yang dibatik. Hingga saat ini, Krebet menjadi sentra kerajinan kayu yang terkenal di Yogyakarta. Wisata batik lainnya adalah kampung Pesindon, salah satu kelurahan yang menjadi pusat produksi batik di kota Pekalongan. Dari kelurahan inilah bagaimana batik dihasilkan dan dijual tidak hanya di berbagai daerah di dalam negeri namun juga ke mancanegaa. Wisata batik di Indonesia perlu digalakan karena akan menjadi objek wisata. | Ali Muakhir & Indari M. Tadikin | Progressio Publishing | 2013 | Batik |
328 | Tenun Sumba: Membentang Benang Kehidupan Kode Panggil: 677.024 Ind t |
Tenun Sumba telah melanglang buana dalam dua abad ini, dikagumi orang keindahannya, nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, dan kerumitan cara pembuatannya. Tidak hanya merupakan integritas budaya Sumba dalam siklus hidup dan tradisi orang Sumba, tenun Sumba berkembang memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai karya seni yang menjadi koleksi, baik pribadi maupun museum terkemuka di dalam dan di luar negeri. Buku ini memaparkan berbagai museum terkemuka yang mengoleksi dan menuliskan koleksi tenun Sumba; cara pembuatan, ragam teknik, serta motif dan katalog 100 tenun koleksi penulis dari Pau, Patawang, Rende, Kanatang, Kambera, Kaliuda, Warinding, Melolo, Kodi, Lamboya, Kapunduk, Palindi, dan Anakalang. Dinamika dan keragaman motif serta makna motif pasola, Wilhelmina, kuda, buaya, kra-kura, kucing, dan orang Eropa bermain musik. Dibahas pula munculnya motif burung Garuda Pancasila, lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibuat setelah Indonesia merdeka. | Etty Indriani | PT Gramedia Pustaka Utama | 2019 | Tenun |
329 | Batik Warna Alam Indonesia: Batik Warna Alam Warisan Budaya yang Ramah Lingkungan Kode Panggil: 667.211 Dam b |
Batik Indonesia warisan budaya dibuat melalui rangkaian proses panjang melibatkan beberapa kelompok yang terampil mengandung banyak makna. Batik Indonesia merupakan karya unik bangsa ini yang diwariskan secara lisan. Dalam Batik, terbentang luas tantangan kreativitas, mulai dari menggali motif-motif klasik yang sarat dengan pakem-pakem, mengangkat keindahan alam sekitar sebagai motif yang penuh cerita dan kreasi sampai pada pewarnaannya memunculkan kreativitas yang mengagumkan. Bahkan penggalian pewarnaan alam menjadi tantangan tersendiri akibat luasnya arena pewarnaan ini. Tuntutan kreatif diperlukan bukan saja dalam penggalian kembali sumber-sumber alam yang pernah dipakai mewarnai Batik oleh nenek moyang, namun juga dalam memahami karakteristik sifat pewarna yang dihasilkannya menjadi karya Batik Warna Alam yang ramah lingkungan. | Diana Darmayanti | Kementerain Perdagangan | 2015 | Warna Alam |
330 | East Java Batik: The Glory & Legend Kode Panggil: 75.02 Mar e |
Buku ini ditulis oleh karyawan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dengan melakukan survei ke sentra batik di Jawa Timur dan bahkan di luar Jawa Timur sebagai pembanding. Penyelesaiannya membutuhkan waktu hampir satu tahun. Selain mendokumentasikan sentra batik di kabupaten/kota se-Jawa Timur, dan mewawancarai para perajin secara langsung, juga memperhatikan pendapat para pembatik, tokoh, dan pemerhati Tidak semua pengusaha/pengrajin batik dapat didokumentasikan dalam buku ini, sehubungan dengan tidak memungkinkannya melakukan penyelidikan ke seluruh sentra batik yang jumlahnya ribuan. Namun keberadaan perajin atau sentra batik di setiap kabupaten/kota sudah terwakili | Gatot Tjatur Mardiantoro | East Java Government Library and Archieve Board | 2013 | Batik |