WhatsApp

Koleksi Buku Perpustakaan BBKB

             




Jumlah Data : 7026

No Judul Abstrak Pengarang Penerbit Tahun Subyek
5477 laporan penelitian buah senduduk dari banjarbaru
Kode Panggil: BBKB 667.2 - l c
Ekstrak buah senduduk (Melastona Affine) yang diperoleh dengan 200 gram contoh buah senduduk dalam 1000 air, sesudah disaring digunakan untuk mencelup bahan berkolin dan mori prima. Pencelupan diarahkan guna keperluan dalam pertekstilan dan perbatikan yaitu dengan kondisi panas dan dingin. Hasil pencelupan panas dan dingin diperoleh perbedaan warna, pada pencelupan dingin warna cenderung kearah lebih tua. Pada prinsipnya zat warna alam dari buah senduduk intensip untuk pewarnaan dalam bidang tekstil dan batik, warna yang ditimbulkan adalah warna khas, yang sebagian tidak dapat dicapai oleh warna sintesis. Ekstraksi buah senduduk, pada hakekatnya adalah ekstraksi tanin. Tanin yang dalam halini dianggap mengandung "coloring matter" dianalisa kadarnya dengan menggunakan oara volumenya, yaitu dengan oksidasi menggunakan larutan permanganat. Tebal tipisnya (intensip tidaknya) warna yang timbul pada pencelupan, disesuaikan sebagai tinggi rendahnya kadar tanin. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar tanin dalam ekstrak senduduk adalah 0,2492% (berat pervolume). Padatan yang diperoleh sejumlah 7,772 gram tiap liter. Padatan kering ini dihaluskan sehalus mungkin, dan dilarutkan kembali dengan air dingin hingga volume 2x volume semula, dan digunakan untuk mencelup. Warna2 yang dihasilkan pada pencelupan dan "puder" ini cenderung lebih tua dibanding dengan ekstrak aslinya. Balai Besar Kerajinan dan Batik 2000 buah senduduk
5478 Penyusunan sistem kalkulasi tehno ekonomi batik sutera dan batik radioan
Kode Panggil: BBKB 75.02 - p 8
Balai Besar Kerajinan dan Batik 1988 batik sutera dan batik radioan
5479 Laporan penelitian buah senduduk dari banjarbaru
Kode Panggil: BBKB 667.2 - l c
Ekstrak buah senduduk (Melastona Affine) yang diperoleh dengan 200 gram contoh buah senduduk dalam 1000 air, sesudah disaring digunakan untuk mencelup bahan berkolin dan mori prima. Pencelupan diarahkan guna keperluan dalam pertekstilan dan perbatikan yaitu dengan kondisi panas dan dingin. Hasil pencelupan panas dan dingin diperoleh perbedaan warna, pada pencelupan dingin warna cenderung kearah lebih tua. Pada prinsipnya zat warna alam dari buah senduduk intensip untuk pewarnaan dalam bidang tekstil dan batik, warna yang ditimbulkan adalah warna khas, yang sebagian tidak dapat dicapai oleh warna sintesis. Ekstraksi buah senduduk, pada hakekatnya adalah ekstraksi tanin. Tanin yang dalam halini dianggap mengandung "coloring matter" dianalisa kadarnya dengan menggunakan oara volumenya, yaitu dengan oksidasi menggunakan larutan permanganat. Tebal tipisnya (intensip tidaknya) warna yang timbul pada pencelupan, disesuaikan sebagai tinggi rendahnya kadar tanin. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar tanin dalam ekstrak senduduk adalah 0,2492% (berat pervolume). Padatan yang diperoleh sejumlah 7,772 gram tiap liter. Padatan kering ini dihaluskan sehalus mungkin, dan dilarutkan kembali dengan air dingin hingga volume 2x volume semula, dan digunakan untuk mencelup. Warna2 yang dihasilkan pada pencelupan dan "puder" ini cenderung lebih tua dibanding dengan ekstrak aslinya. Balai Besar Kerajinan dan Batik 2000 buah senduduk
5480 Pengembangan otomatisasi sistem katalog jenis dan ragam batik indonesia
Kode Panggil: BBKB 75.02 Riy p
Pembuatan/pengembangan sistem dokumentasi dan informasi industri batik secara nasional berupa katalog yang dapat dijalankan serta "otomatis"dengan komputer. Penelitian ini dimulai pengumpulan data batik berbagai daerah di Indonesia, melalui peningkatan kerja sama dengan Proyek BAPIK Pusat. Untuk tahap pertama ini meliputi 8 daerah, yaitu: Riau, Jambi, seluruh Jawa BaratJawa Tengah, DIY, Kalimantan Tengah, Klaimantan Barat.Data yang diperoleh berupa foto dan keterangan mengenai: bahan baku proses, pembuatan, peralatan, kegunaan, ukuran, karakteristik corak,motif, citra warna,zat warna, cara pewarnaan, filosifi motif dan warna, pemasaran, produksi per tahun, jumlah industri/pengusaha. Pada tahap 1 ini, setelah dilakukan inventarisasi dan penyoritan data kemudian di entry sebagai data base.Data yang berupa foto dimasukan melalui scanner,agar dapat disatukan dengan data base tersebut. Balai Besar Kerajinan dan Batik 1996 Jenis dan ragam batik
5481 Pengembangan produk dan desain batik sutera di sulawesi selatan
Kode Panggil: BBKB 75.02 Tji p
Kerajinan tenun sutera terbesar dan potensial terdapat di sulawesi selatan dengan produknya berupa kain sutera bermotip ikat, poleng dan kai sutera gey yang dikenal dengan nama sutera lokal. untuk diversifikasi produk kain sutera gey dapat dibuat menjadi kain batik sutera, agar lebih menarik desain motif nya dibuat yang indah dengan memadukan dan mengembangkan ragam hias yang ada di sulawesi selatan. Kain sutera gey (lokal) di buat menjadi batik sutera beratnya berkurang 20,47% , berarti kandungan serisin dan lilinnya cukup tinggi. untuk menghilangkan serin dan lilin, proses degumming kain sutera harus dilakukan dengan baik sesuai prosedur yang telah ditentukan. Tjipto mulyono Balai Besar Kerajinan dan Batik 1996 batik sutera
5482 Penyusunan sistem pengendalian mutu dan pengendalian proses industri; 1988-1989; 41
Kode Panggil: BBKB 658 - p 88-
Suatu produk dapat terpenuhi persyaratannya baik secara kualitas apabila sistem produksinya dikendalikan. Pada proses pembuatan kain katun lurik faktor yang mempengaruhi besar terhadap persyaratan produk diantaranya bahan baku dan sistem proses/cara pengerjaannya. Tidak adanya standar proses dalam pembuatan tenun lurik yang berlaku hingga saat ini, menyebabkan mutu produk tenun lurik tidak seragam, disamping karena tidak adanya pengendalian pada setiap tahapan proses. Agar produk kain tenun lurik tsb mampu memenuhi permintaan pasar/pembeli, perlu disusun suatu rancangan sistem pengendalian proses dan mutu pada industri Tekstil kerajinan lurik yang dapat mengawasi Variabel (perubahan) produksi. Tidak adanya Balai Besar Kerajinan dan Batik 1989 Pengendalian mutu dan pengendalian proses industri
5483 Penelitian deversifikasi bahan baku logam untuk industri kerajinan
Kode Panggil: BBKB 669.65 Bal p
Bahan baku logam untuk kerajinan perabot busana dari logam tidak semua logam dapat dimanfaatkan. Logam untuk perabot busana diperlukan beberapa persyaratan antara lain : - Logam tersebut dapat dibentuk menjadi bentuk barang-barang perabot busana pada teknik/teknologi tertentu. - Logam mempunyai sifat warna menarik/indah. - Mempunyai kekuatan fisik/mekanik untuk dapat dimanfaatkan sebagai fungsinya. Maka penelitian yang dilaksanakan pada logam pewter adalah diamati dengan pedoman hal-hal sbb diatas dan hasilnya antara lain : - Logam Pewter dapat dibentuk menjadi barang-barang perabot busana dengan jenis-jenis teknik antara lain : teknik tampa, teknik cetak tempa,teknik cetak tempa, teknik cetak tuang (cor), teknik trap-trapan. - Logam Pewter dapat dibuat menjadi bahan baku bentuk kawat, pelat pada jenis-jenis ukuran dengan teknik roll, atau tempa. - Sifat fisik mekanik Pewter mendekati sifat fisik/mekanik perak. - Warna Pewter dapat menyamai warna perak kadar 900, maka warna pewter memungkinkan untuk perabot busana. Maka secara garis besar logam pewter memungkinkan dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan khususnya perabot busana. Meninjau potensi pewter di indonesia cukup besar, maka memungkinkan untuk di kembangkan menjadi industri kerajinan. Balai Besar Kerajinan dan Batik 1986 Deversifikasi bahan baku logam
5484 Pengkajian dan pengembangan batik di kabupaten ketapang, kalimantan barat
Kode Panggil: BBKB 75.02 Kan p
Motif batik ketapang diabgkat dari motif-motif Melayu yang terdapat pada kain pelangi (kain berwarna )maupun Lunggi ("kain tenun" baik berupa songket maupun bordir)yang telah banyak dipakai di Ketapang 40-300 tahun yang lalu. Kain-kain ini sekarang masih tersimpan di Museum Kraton di Ketapang. Motif dan pewarna batik ketapang cukup kaya dan bervariasi karena diilhami peninggalan-peninggalan budaya tersebut. Perlu diketahui bahwa sejak pemerintahan kerajaan Tanjungpura (thn.1450)telah banyak hubungan dagang dengan negara-negara islam di Timur Tengah, India maupun China. Demikian pula pada pemerintahan sesudahnya baik kerajaan Sukadana maupun matan 1-V, hubungan dagang lebih luas lagi,bahkan terjadi beberapa perkawinan silang dengan putra/putri kerajan di jawa, Bugis maupun Sukuk Dayak. Dari pertukaran kebudayaan ini tidak mengakibatkan motif melayu ketapang hilang/kabur,tetapi lebih bervariasi. Sebagaimana motif Melayu lainnya, batik ketapang tidak menempilkan ornamen berupa mahluk hidup. Ciri utama motif baik Melayu ketapang ini adalah penampilan motifnya yang bersifat dekoratif murni. Motif-motif bunga, daun dan lain-lain digambar datar, lebih abstrak sebagai pengisi bidang, bukan sebagai bunga/daun hidup. Isian seperti cecek, sawut dll tidak diperhatikan. Agar tetap menarik walaupun tanpa isian, maka dipergunakan warna-warna Reaktif yang cemerlang. Balai Besar Kerajinan dan Batik 1997 Batik Kabupaten Ketapang
5485 Penelitian lilin kote
Kode Panggil: BBKB 665 Soe p 7
Tulisan ini adalah sebagai hasil penelitian lilin lebah (kote),yang ditujukan untuk mendapatkan cara penetapan kadar lemak binatang, bahan mana sering ditambahkan oleh pedagang lilin sebagai pengisi yang dapat menurunkan mutu lilin lebah. Dari hasil pengamatan percobaan2 yang dilakukan dapat disimpulkan : - Kadar lemak binatang dalam lilin lebah dapat ditetapkan dengan cara menetapkan kadar gliserol hasil hidrolisa lemak. Penetapan gliserol dengan oksidasi larutan kalium bichromat berlebihan, sedang sisa kalium bichromat yang ada ditetapkan kembali secara iodometri. - Untuk memperoleh suatu kesimpulan yang mantap tentang ketelitian cara diatas, perlu pengkajian lagi. JFR. Soediwinardi, B.Sc Balai Besar Kerajinan dan Batik 1977 Lilin kote
5486 Percobaan teknik finishing melamic dengan bahan pewarna tradisional
Kode Panggil: BBKB 648.5 Bal p
Finishing adalah merupakan tahap akhir dari sesuatu pekerjaan yang sangat penting. Akhir2 ini bahan finishing banyak sekali banyak sekali bermunculan dari bahan yang sederhana dan cara pengerjaannya juga sederhana dan ada pula dengan cara dikuaskan dan masih banyak cara yang lainnya. Dalam hal ini menggunakan sistim kombinasi yaitu bahan pewarna tradisional (oker) dengan di kombinasi bahan melamik. Dengan percobaan ini diperoleh data perbandingan mutu/kualitas dan tekno ekonomis dari hasil percobaan pewarnaan oker dengan pewarna melamik : - Pewarna oker ternyata hasilnya baik untuk dikombinasi dengan sistim melamik. - Dari segi ekonomis bahan oker dengan bahan pewarna melamic jauh lebih merah, dan sekaligus bahan pewarna mudah didapat di toko besi. Balai Besar Kerajinan dan Batik 1993 teknik finishing melamic