Jumlah Data : 7026
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
961 | Pembangunan Pelabuhan Surabaya Dan Kehidupan Sosial Ekonomi Di Sekitarnya Pada Abad XX Kode Panggil: 627.2 Ast p C.2 |
penelitian ini mengangkat permasalahan tentang pelabuhan surabaya pada abad XX tujuan penelitian untuk mengkaji aspek-aspek yang menyebabkan pemerintah kolonial membangun pelabuhan modern di surabaya dan mengetahui aspek-aspek yang saling mempengaruhi eksitensi pelabuhan surabaya penelitian ini menggunakan metode sejarah dari tahap pengumpulan sumber hingga penulisan narasi tentang pelabuhan surabaya. Sumber-sumber yang digunakan untuk untuk menyusun narasi berasal dari sumber sezaman sumber sekunder,serta sumber lisan.aspek yang menyebabkan pemerintah kolonial membangun pelabuhan yang modern di surabaya mengantikan pelabuhan kalimas adalh adanya kegiatan perdagangan di surabaya yang terus meninggkat baik dari sektor eksport melalui pelabuhan surabaya di dominasi oleh gula hal itu karena dukungan daerah hinterland surabaya yang merupakan daerah produsen tanam tropis perdagangan di surabaya yang melaluipelabuhan kalimas pada akhirnya tidak mampu mendukung pesatnya pedagangan yang membutuhkan sarana dan prasaranan tranportasi pergudangan bongkar muat yang cepat dan efektiv setelah melalui pembahasan yang panjang akhirnya pemerintah hindia belanda membangun pelabuhan baru yang modern pelabuhan baru dilengkapu dengan beberapa dermaga untuk tempat berlabuh kapal-kapal besar gudang jaringan tranportasi (kereta api trem dan jalan raya perkantoran dan juga galangan kapal dan angkatan laut yang lokasinya tidak jauh dRari pelabuhan pemerintah mengelolah pelabuhan dalamj sistem haven bedrif (usaha pelabuhan)dibawah wewenang burglike openbare werken(bow)pembangunan pelabuhan yang pesat di awal abad XX terhenti tatkala jepang menguasai jawa kondisi pelabuhan beserta fasilitasnya banyak yang rusak akibat perang masa kemerdekaan pun pemerintah republik indonesia belum segera mampu memperbaiki dan mengembangkan pelabuhan pembangunan fisik baru dimulai setelah tahun 1970an,semenyara perdagangan dan pelayaran baru menunjukan kemajuan di akhir tahun 1960an bersama dengan itu pemerintah mengembangkan industri matim dengan menghidupkan marine etablissement dan droogdok maatshappij yang dan kegiatan yang dinamis di pelabuhan surabaya menjadikan daerah itu sebagai salah satu daerah tujuan bagi para pencari kerja oleh karena itu namanya berubah menjadi PT.PAL danPT.DOK dan perkapalan pelabuhan surabaya sebagai pusat perdagangan sejak masa kolonial menjadi tumpun para pekerja baik sebagai pekerja tetap ataupun pekerja(buruh/kuli)lepas di samping membukak peluang bagipara pedagang untuk mencari rezeki di pelabuhan namun pelabuhan yang menjadi daya tarik para pencari kerja juga menimbulkan dampak lain yakni maraknya prostitusu di sekitar pelabuhan.sementara kegiatan di pelabuhan tanjung perak difungsikan sebagai pelabuhan samudra kalimas tetap hidup sebagai pelabuhan rakyat | Sri Retno Astuti | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | pelabuhan surabaya |
962 | Pembangunan Pelabuhan Surabaya Dan Kehidupan Sosial Ekonomi Di Sekitarnya Pada Abad XX Kode Panggil: 627.2 Ast p C.1 |
penelitian ini mengangkat permasalahan tentang pelabuhan surabaya pada abad xx,tujuan penelitian untuk mengkaji aspek-aspek yang menyebabkan pemerintah kolonial membangun pelabuhan modern di sekitar surabaya dan mengetahui aspek-aspek yang saling mempengaruhi eksistensi pelabuhan surabaya penelitian ini menggunakan metode sejarah dari tahap pengumpulan summber hingga penulisan nasrani tentang pelabuhan surabaya.sumber-sumber yang digunakan untuk menyusun narasi berasal dari sumber sezaman sumber sekunder serta sumber lisan aspek yang menyebabkan pemerintah kolonial membangun pelabuhan yang modern di surabaya mengantikan pelabuhan kalimas adalah adanya kegiatan perdagangan di surabaya yang terus meningkat baik dari sektor eksport maupun import komoditas ekspor melalui pelabuhan surabaya di domonasi oleh gula hal itu karena dukungan daerah hirteland surabaya yang merupakan daerah produsen tanaman tropis pedagangan di surabaya yang melalui pelabuhan kalimas pada akhirnya tidak mampu mendukung pesatnya perdagangan yang membutuhkan sarana dan prasaranan tranportasi pergudangan bongkar muat yang cepat dan efektif.setelah melalui pembahasan yang panjang akhirnya pemerintah hindia belanda membanggun pelabuhan baru yang modern pelabuhan baru dilengkapi dengan beberapa dermaga untuk tempat berlabuh kapal-kapal besar,gudang,jaringan tranportasi(kereta api,trem dan jalan raya),perkantoran dan juga galangan kapal dan angkatan laut yang lokasinya tidak jauh dari pelabuhan pemerintah pengelola pelabuhan dalam sistem havenbedrif(usaha pelabuhan)di bawah wewenang Burgelike openbare werken(BOW)pembangunan pelabuhan yang pesat di awal abad XX terhenti tatkala jepang menguasai jawa.kondisi pelabuhan beserta fasilitasnya banyak yang rusak akibat perang.Masa kemerdekaan pun pemerintah republik indonesia belum segera mampu memperbaiki dan mengembangkan pelabuhan.pembangunan fisik baru dimulai setelah tahun 1970an sementara perdagangan dan pelayaran baru menunjukan kemajuan di akhir tahun 1960 an bersamaan dengan itu pemerintah mengembangkan industri maritim dengan menghidupkan marine etablissement dan droogdok maatschappij yang dan kegiatan yang di namis dan di pelabuhan surabaya menjadikan daerah itu sebagai salah satu daerah tujuan bagi para pencari kerja oleh karena itu namanya berubah menjadi PT.PAL dan PT.DOK dan perkapalan pelabuhan surabaya sebagai pusat perdagangan sejak masa kolonial menjadi tumpuan bagi para pekerja baik sebagai pekerja tetap ataupun pekerja (buruk/kuli)lepas di samping itu juga membuka peluang bagi para pedagang untuk mencari rezeki di pelabuhan namun ternyata pelabuhan yang menjadi daya tarik para pencari kerja juga menimbulkan dampak lain yaitu maraknya prostitusi di sekitar pelabuhan samudra kalimas tetap hidu0p sebagai pelabuhan rakyat. | Sri Retno Astuti | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | pelabuhan surabaya |
963 | Nyeret Bagi Orang Jawa : Kajian Serat Erang-Erangan Kode Panggil: 613.84 Sus n c.2 |
satu diantara sekian banyak naskah kuna jawa warisan nenek moyang adalah serat erang erang karya R.Ng wirapustaka kata erang-erang berati larangan atau peringatan serat erang-erang berisi limabelas cerita yang mengisahkan kehidupan para penghisap berisi limabelas cerita yang mengisahkan kehidupan para penghisap candu yang dalam istilah jawa disebut nyeret candu adalh hasil olahan dari opium(jawa=apayun),yakni getah yang diambil dari buah papaver somniferun opium merupakan sumber obat bius yang didalamnya tercakup pula morphine dengan turunya atau bentukanya yang dinamakan heroin yang pada masa sekarang termasuk dalam golongan narkoba.pada awalnya getah opium mempunyai kasiat sebagai sumber obat bius dan sebagai pengurang rasa nyeri/sakit.Getah tersebut mempunyaii manfaat secara positif yaitu sebagai bahan obat untuk kepentingan medis dampak negatif dari barang tersebut karena digunakan tidak sebagaimana mestinya yakni bukan sebagai bahan obat sesuai dengan standar kesehatan melainkan karena disalahgunakan pengunaanya tidak sesuai dengan kebutuhan yang diharuskan.cerita-cerita yang dikisahkan dalam serat erang-erang mengambarkan bahwa tidak ada manfaat atau dampak positif sama sekali yang dihasilkan dari kegemaran menghisap candu atau nyeret hasil dari perbuatan itu hanya dampak negatif yakni pada akhirnya semua terperosok dalam kehancuran dan kesengsaraan menderita kesakitan hingga akhir hayat. | Endah Susilantini | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | Nyeret |
964 | Nyeret Bagi Orang Jawa : Kajian Serat Erang-Erangan Kode Panggil: 613.84 Sus n c.1 |
satu diantara sekian banyak naskah kuna jawa warisan nenek moyang adalah serat erang erang karya R.Ng wirapustaka kata erang-erang berati larangan atau peringatan serat erang-erang berisi limabelas cerita yang mengisahkan kehidupan para penghisap berisi limabelas cerita yang mengisahkan kehidupan para penghisap candu yang dalam istilah jawa disebut nyeret candu adalh hasil olahan dari opium(jawa=apayun),yakni getah yang diambil dari buah papaver somniferun opium merupakan sumber obat bius yang didalamnya tercakup pula morphine dengan turunya atau bentukanya yang dinamakan heroin yang pada masa sekarang termasuk dalam golongan narkoba.pada awalnya getah opium mempunyai kasiat sebagai sumber obat bius dan sebagai pengurang rasa nyeri/sakit.Getah tersebut mempunyaii manfaat secara positif yaitu sebagai bahan obat untuk kepentingan medis dampak negatif dari barang tersebut karena digunakan tidak sebagaimana mestinya yakni bukan sebagai bahan obat sesuai dengan standar kesehatan melainkan karena disalahgunakan pengunaanya tidak sesuai dengan kebutuhan yang diharuskan.cerita-cerita yang dikisahkan dalam serat erang-erang mengambarkan bahwa tidak ada manfaat atau dampak positif sama sekali yang dihasilkan dari kegemaran menghisap candu atau nyeret hasil dari perbuatan itu hanya dampak negatif yakni pada akhirnya semua terperosok dalam kehancuran dan kesengsaraan menderita kesakitan hingga akhir hayat. | Endah Susilantini | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | Nyeret |
965 | Gusjigang Etos Kerja Dan Perilaku Ekonomi Pedagang Kudus Kode Panggil: 658.87 Sum g c.1 |
Penelitian ini ingin melihat bagaimana gusjigang yang dimiliki orang Kudus ini berimplemnetasi dalam kehidupan masyarakat Kudus. Tulisan ini berfokus pada bagaimana sebenarnya gusjigang dimaknai oleh orang Kudus dan apakah gusjigang menjadi tuntunan dalam mereka menjalankan usahanya. Penelitian yang dilakukan di Kudus Kulon ini ingin memberikan sebuah gambaran adanya perilaku berdagang yang didasari oleh ajaran-ajaran Islami yang dibingkai gusjigang. Penelitian dilakukan dengan pendekatan fenomologis dan metode kualitatif, observasi, dan studi pustaka. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam (in depth interview) yang dilakukan kepada para pedagang yang berstatus sebagai pengusaha/juragan , dan pedagang, Arab, serta Cina. Sasaran usaha dipilih yang cukup dominan yakni usaha konveksi, bordir, dan jenang Kududs. Dalam perspektif masyarakat, gusjigang dipersonifikasikan sebagai citra diri masyarakat Kudus yang memiliki karakter bagus dalam berperilaku, mempunyai kehidupan yang religius dan pandai berdagang. Ketiga elemen ini sebagai satu kesatuan yang menunjukkan bahwa anatra kehidupan religius dengan pekerjaan bertemali, yang akan memberikan warna kehidupan yang bagus secara lahiriah-batiniah. Makna ji-ngaji dalam praktiknya melaksankan ibadah haji, rajin mengaji, mengikuti pengajian seperti yang umumnya dilakukan umat Islam, baik dalam bentuk membaca Al-Quran, berzakat, bersodaoh, melaksanakan ibadah salat, rajin ke masjid dan rajin mendatangi pengajian. makna gang-dagang dalam praktiknya pengusaha/pedagang dalam mengambil keuntungan, berpedoman secukupnya, tidak berlebihan, sesuai yang diberikan atau tidak ngangsa, sesuai takarannya. Dalam bertransaski denga pelanggan dilandasi dengan kejujura, kepercayaan, disiplin. Dalam proses produkasi makna gusjigang ditunjukkan adanya nilai-nilai kejujuran dalam bertransaksi. | Sumintarsih | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | Pedagang kudus - Almari F rak 4 |
966 | Kearifan Lokal Dalam Membangun Ketahanan Pangan Petani Di Desa Lencoh,Selo,Boyolali, Jawa Tengah Kode Panggil: 633 Suk k c.1 |
Masalah pangan dan ketahanan pangan merupakan hal yang sangat krusial dan esensial bagi kehidupan manusia.Pangan menjadi kebutuhan pokok setiap manusia untuk dikomsumsi.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut bagaimana ketersediaan pangan,distribusi panggan,dan konsusmsi pangan petani diDesa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi sistem produksi dan produksi pertanian yang di hasilkan,pengetahuaan petani tentangg panggan,ketahanan panggan,distribusi pangan dan krisis pangan,serta strategi petani yang harus dilakukan dalam sistem ketahanan panggan.Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif.Teknik penggumpulan data denggan cara pengamatan(observasi),wawancara mendalam(in-depth interview),dan dokumentasi.Analisis yang digunakan denggan pendekatan kualitatif yang bersifat dekpresis.Petani Desa Lencoh dalam sistem pertaniaan yang berorientasi pada produksi denggan bradaptasi denggan linggkunggan alam.Kondisi lahan/tanah yang umumnya miring,seharusnya denggan terasering dalam menggolah lahan.Namun petani masih sedikit yang secara terasering yaitu sekitar 30%.Petani secara turun temurun sudah beradaptasi dengan kondisi alam,sehingga dalam produksi panggan tidak jenis tanaman panggan seperti padi,jagung,ketela,tetapi jenis sayuran terutama wortel dengan pola tanam poliklutur atau tumpangsari.Petani umum nya memahami pangan adalh bahan makanan pokok berupa beras karena sehari-hari mengkomsumsi nasi,ketahanan pangan bermakna ketersediaan bahan panggan pokok bagi keluarga,dan distribusi pangan di pahami dalam konteks pasar komoditaf pertanian.Mengenai krisis pangan,petani tidak merasa kawahtir dan terlintas pada suatu saat akan terjadi kerawanaan pangan atau krisis panggan yang mengancam kehidupan mereka .Denggan kearifan lokal atau pengetahuaan yang dilakukan secara turun-temurun,petani memiliki strategi dalam mengoptimalkan produk tanaman sayur,memelihara sapi yang kotorannya untuk pupuk organik dan sebagai tabunggan,menjadi buruh tani dan banggunan,menanam tembakau dan membentuk kelompok tani. | Sukari | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | ketahanan pangan |
967 | Biografi Widayat Djiang :Sebuah Sketsa Kehidupan Dalang Peranakan Tionghoa Kode Panggil: 92 Har b c.2 |
Darto Harnoko | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | biografi widayat | |
968 | Biografi Widayat Djiang :Sebuah Sketsa Kehidupan Dalang Peranakan Tionghoa Kode Panggil: 92 Har b c.1 |
Darto Harnoko | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | biografi widayat | |
969 | Potret Pengasuhan Anak Sejak Dalam Kandungan Hingga Remaja Pada Masyarakat Jawa : Kajian Serat Tata Cara Kode Panggil: 37.018.1 Sum p c.1 |
Buku ini mengungkap pengasuhan anak pada orang Jawa sejak dalam kandungan (kehamilan) sampai masa remaja yang tertuang dalam naskah Serat Tata Cara. Selain itu, diungkap pula tentang peranan tokoh-tokoh dalam cerita dan hubungan sosial masyarakat Jawa yang tercermin dalam naskah. Pendekatan yang digunakan adalah filologi dengan analisis deskriptif kualitatif. Orang Jawa dalam merawat atau mengasuh anak dimulai sejak masa kehamilan dengan cara melakukan upacara tradisi. Upacara kehamilan dilakukan sejak kandungan berusia 1 bulan sampai melahirkan, yaitu ngebor-ebori, selamatan 2,3,4,5,6,7,8, dan 9. Setelah melahirkan upacara yang dilakukan antara lain: mendhem ari-ari, brokohan, sepasaran (puput puser) dan selapanan. Pada masa kanak-kanak upacara tradisi yang dilakukan adalah tedhak siten dan nyapih. Anak memasuki usia remaja upacara yang dilakukan adalah tetesan dan pasah. Di samping itu, setiap unsur atau tokoh dalam cerita memiliki peranannya masing-masing sesuai kedudukan dalam cerita. Dalam hubungan sosial budaya masyarakat Jawa, Serat Tata Cara menunjukkan bahwa melalui adat tradisi yang dilakukan hubungan sosial yang berupa gotong royong dan menghormati satu sama lain masih tampak. kata kunci: pengasuhan-anak-jawa-Serat Tata Cara. | Sumarno | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | pengasuhan anak |
970 | Kesenian Sandur Dalam Hajatan Remoh Masyarakat Bangkalan Madura Kode Panggil: 791.6 Lar k c.2 |
Theresiana Ani Larasati | Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY | 2016 | kesenian sandur |