Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim, dunia mulai bergerak menuju industri yang lebih peduli lingkungan. Tak terkecuali Indonesia, negeri kaya budaya yang punya batik, tenun, dan wastra lainnya sebagai identitas bangsa. Tapi, tahukah sobat industri bahwa warisan budaya ini juga bisa menjadi bagian dari solusi keberlanjutan?
Ya, salah satunya melalui pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan. Inilah langkah strategis yang kini mulai digaungkan dalam program UMKM Hijau dan Industri Hijau. Salah satu kunci penting dalam industri hijau atau UMKM hijau adalah penggunaan bahan baku ramah lingkungan, terutama dalam industri kreatif seperti batik dan tenun. Yuk, kita bahas satu per satu.
Kriteria Bahan Baku Ramah Lingkungan
a. Berasal dari alam atau sumber daya terbarukan, seperti serat tanaman dan pewarna dari tumbuhan.
b. Efisien dalam penggunaannya, sehingga meminimalkan limbah dan pemborosan.
c. Mudah terurai (biodegradable) atau dapat didaur ulang, yang artinya tidak mencemari lingkungan setelah digunakan.
d. Terkait dengan penggunaan bahan kimia, gunakan dengan efisien dan bertanggung jawab sesuai dengan SOP dan MSDS
Ragam Bahan Baku dan Penunjang Produksi Batik dan Tenun
1. Kain dan Benang dari Serat Alam
Beberapa contoh kain dan benang yang ramah lingkungan untuk batik dan tenun antara lain; Kapas/katun, sutra, wol, rayon/linen, serta serat alam lainnya seperti nanas, bambu, rami. Penggunaan serat alam mendukung keberlanjutan karena berasal dari bahan terbarukan dan lebih mudah terurai dibandingkan serat sintetis.
2. Pewarna Alami
Pewarna alami dapat diperoleh dari berbagai bagian tumbuhan, dan akan sangat baik jika berasal dari sumber daya lokal yang potensial di daerah masing-masing. Beberapa pewarna alami berasal dari limbah, seperti limbah akar dan batang mangrove yang banyak di daerah pesisir ataupun hutan bakau (mangrove), limbah gergaji kayu ulin yang banyak terdapat di Kalimantan, serta kulit buah kakao yang merupakan limbah dari industri kakao dan banyak terdapat di perkebunan-perkebunan kakao. Masih banyak sumber potensi pewarna alami yang dapat kita explore di daerah kita. Pewarna ini mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis ataupun pada sumber bahan pewarna alami yang berasal dari luar daerah.
3. Malam (Lilin Batik) Ramah Lingkungan
§ Malam berbasis sawit. Stearin dari turunan kelapa sawit dapat menggantikan fungsi parafin yang berbasis fosil.
§ Malam daur ulang, hasil pemakaian kembali malam bekas yang mengurangi limbah padat dan biaya produksi. Selain itu, penggunaan malam daur ulang juga dapat mengurangi penggunaan bahan baku malam baru yang secara harga cukup tinggi.
Dalam praktiknya, penggunaan bahan ramah lingkungan juga diatur dalam Standar Industri Hijau (SIH) yang diterbitkan Kementerian Perindustrian. SIH memberikan batasan jenis dan jumlah bahan yang boleh digunakan agar industri tetap efisien, aman, dan ramah lingkungan. Saat ini, SIH telah tersedia untuk industri batik. Sementara untuk tenun ATBM dan kriya lainnya, regulasi serupa masih dalam tahap pengembangan.
Manfaat Penerapan Bahan Baku Ramah Lingkungan
a. Meningkatkan nilai tambah dan citra produk UMKM
b. Mengurangi dampak pencemaran lingkungan
c. Membuka akses pasar ekspor, terutama ke negara-negara yang mensyaratkan sertifikasi hijau atau jejak karbon
d. Menjawab tren global menuju gaya hidup berkelanjutan (green lifestyle)
Beralih ke bahan baku ramah lingkungan bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan. Inilah langkah nyata untuk menjaga bumi sekaligus memperkuat daya saing wastra Indonesia di pasar global.
Ingin mulai transformasi menuju UMKM Hijau atau Industri Hijau? Yuk, konsultasi langsung ke BBSPJI Kerajinan dan Batik Kemenperin!
website: bbkb.kemenperin.go.id
WA: 0822-2379-9288 (UPP BBSPJIKB)
Keep Heritage Alive through Sustainable Creativity! (DWL, 2025)
Jalan Kusumanegara No. 7, Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta 55166
Telp. 0274-546111 Ext.109 | Fax. 0274-543582
E-mail:bbkb@kemenperin.go.id | Instagram : @bbspjikb_kemenperin | Whatsapp : 6282223799288