130


Dimasa pandemi covid-19, Balai Besar Kerajinan dan Batik terus berupaya untuk berkontribusi menyebarkan informasi dan pengetahuan kepada pelaku industri melalui talkshow/ konsultasi/pelatihan/sharing session dengan menggunakan media virtual.  Selama tahun 2020, Balai Besar Kerajinan dan Batik telah menyelenggarakan sharing session  sebanyak 61 kali yang terdiri dari 41 kali  dengan media zoom, 19 kali dengan media whatsap (kulwap), dan 1 kali  dengan media instagram live dengan total jumlah peserta sebanyak 9.828. Peserta sharing session berasal dari industri, asosiasi, akademisi, pelajar dan mahasiswa.

Acara sharing session selama tahun 2020 ini merupakan rangkaian acara yang dilaksanakan oleh BBKB, baik dalam rangka memperingati HUT RI Ke-75, Peringatan Hari Batik Nasional dan Kegiatan Kerjasama dengan berbagai instansi, misalnya Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia (APPBI), Asosiasi Pengrajin Batik Jawa Timur (APBJ), Paguyuban Pecinta Batik Sekar Jagad dan Dewan Serat Indonesia (DSI). Kegiatan Sharing Session ini diharapkan menjadi media kolaborasi yang sangat tepat dalam menghadapi tantangan serta keberlangsungan industri kerajinan dan batik saat masa sulit akibat dampak pandemi Covid-19.

Balai Besar Kerajinan dan Batik, merupakan satuan kerja di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI)-Kementerian Perindustrian. BSKJI merupakan nama baru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI). BSKJI memiliki tugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan, penerapan, pemberlakuan, dan pengawasan standardisasi industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, penguatan industri hijau, dan penyusunan rekomendasi kebijakan jasa industri. Kegiatan Knowledge Sharing dengan tema ”Teknologi & Rekayasa Alat Kerajinan Bambu” ini merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan tugas optimalisasi pemanfaatan teknologi industri.

Indonesia merupakan negara potensial penghasil bambu. Bambu adalah salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) Indonesia yang belum mendapat perhatian optimal dalam pengembangan dan pemanfaatannya. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2019, disebutkan bahwa nilai HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil hutan, sementara kayu yang selama ini identik menjadi hasil utama kehutanan sebenarnya hanya menyumbang 10% dari produksi hasil kehutanan (KLHK 2019).  Merujuk hal tersebut maka potensi bambu yang sudah sangat dikenal di masyarakat memiliki potensi luar biasa untuk menjadi sumber bahan baku berbagai produk. Potensi ini harus dimanfaatkan secara maksimal.

Bambu merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya sangat dekat dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat di Indonesia, sehingga dalam mekanisme pegembangannya pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting.  Belajar dari kesuksesan Negeri Tiongkok, model pengembangan hutan bambu lestari yang berbasis masyarakat baik di luar dan di dalam kawasan hutan, diharapkan dapat memberikan kekuatan dan ketangguhan serta arah yang jelas dalam membangun industri bambu di Indonesia. misalnya

Industri kerajinan  merupakan bagian dari industri kreatif, mendapat prioritas pengembangan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2019, ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai USD 892 juta (sekitar Rp. 12,48 Triliun atau naik 2,5 persen dari perolehan tahun 2018 sebesar  USD 870 juta.   Fenomena yang cukup unik, karena pasar ekspornya bisa meningkat di saat masa pandemi Covid-19.

 

 

 

 

Bagikan di Media Sosial Anda