IMG_6143


Workshop Batik Bagi Yang Berkebutuhan Khusus

KBRN, Yogyakarta: Memperingati Satu Dasawarsa Hari Batik Nasional, sekitar 50 penyandang diassabilitas dari seluruh wilayah DIY hari ini mengikuti workshop membuat batik di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Memperingati Satu Dasawarsa Hari Batik Nasional, Rabu (2/10/2019) di komplek Balai Besar Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian di Yogyakarta berlangsung workshop membatik untuk para penyandang dissabilitas. Sebanyak 50 orang penyandang disabilitas seperti down syndrom, polio, tuna rungu, tuna grahita dan sebagainya antusias mengikuti proses membatik dengan didampingi para pembimbing batik dari Balai Besar erainan dan Batik, BBKB. Heri Pramono, Kepala Bidang Pengembangan Jasa Teknik BBKB menyebutkan, pelatihan membatik untuk para difabel tersebut sudah ketiga kalinya dan diharapkan akan berkelanjutan.

“Kami mencoba untuk program ini berkelanjutan. Kami berharap agar mereka menjadikan batik sebagai bagian dari kegiatan usaha sehingga dapat menopang kehidupan mereka sehari-hari. Nanti kami akan bekerjasama dengan pengelola yayasan yang lain untuk bagaimana ada tindak lanjut dari kegiatan hari ini. Karena sekarang usaha batik itu menjanjikan,” kata Heri Pramono. Workshop Membatik untuk mereka yang berkebutuhan khusus pada Hari Batik Nasional tersebut diselenggarakan BBKB bersama Yayasan Ciqal, Center for Improving Qualified Activity in Life of People with Dissabilities.

Direktur Ciqal, Nuning Suryatiningsih mengatakan, batik merupakan salah satu peluang berusaha termasuk bagi para difabel. Namun kali ini ia ingin agar rekan-rekan difabel terlebih dahuu belajar batik dan kemudian mencintai dan selanjutnya mengembangkan batik.  “Kita sekarang belajar dulu, dengan kebiasaan coretan-coretan mereka yang mungkin tidak mengenyam pendidikan apapun pasti bisa. Sebab ini kan tidak menggunakan tenaga yang banyak. Sementara teman-teman ada hambatan mobilitas, ini bisa dikerjakan di rumah masing-masing dan tidaka harus angkat junjung,” jelas Nuning Suryatiningsih sambil membatik diatas kursi roda.

Sementara itu, Syamsudin, pembimbing batik mengatakan, diperlukan kesabaran untuk mengajari membatik bagi mereka yang berkebutuhan khusus terutama untuk penyandang down syndrom. “Memang harus telaten, sebelum memperkenalkan motif ya mulai dengan garis. Ya, garis itu dulu sampai di membuat garisnya betul baru ditambah bentuk bulat lalu garis lagi. Bentul bulat dan garis itu dibentuk menjadi suatu motif,” terang Syamsudin yang juga memiliki sanggar batik di rumahnya di Magelang. Pada difabel tampak bersemangat membatik menggunakan lilin panas untuk mengembangkan motif batik yang sudah disiapkan kemudian memberi warna. Termasuk Andayani, 62 tahun asal Bantul yang harus melakukan kegiatan membatik diatas kursi roda.

Sumber : www.rri.co.id

Bagikan di Media Sosial Anda