Jumlah Data : 7026
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
6901 | Pengembangan Proses Pembuatan Barang-Barang Kerajinan Logam Tahun 1980/1981 Kode Panggil: BBKB/669.71/Sub/p/80 |
Subagijo, BE | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1981 | Kerajinan Logam | |
6902 | Laporan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Mutu Dan Pengembangan Desain Kerajinan Kayu Kelapa Kode Panggil: BBKB/674/Soe/l/99-20 |
Desiminasi ini dimaksudkan untuk memberi masukkan hasil litbang Balai Besar Litbang Kerajinan dan Batik. Kegiatan ini dilakukan dengan mengenalkan kepada para perajin/pengsa tentang teori dan praktik penggunaan kayu kepala menjadi kerajinan. | Ir.Soemarsono | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 2000 | Kayu kelapa |
6903 | Pemanfaatan Kayu Kelapa Untuk Produk Kerajinan Cenderamata Kode Panggil: BBKB/674/Sut/p/97-98 |
Pemanfaatan kayu kelapa untuk produk Kerajinan Cinderamata dilakukan dalam rangka mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri dibidang kepariwisataan. Percobaan dilakukan dengan membuat produk cinderamata dengan teknik bubut, amplikasi, perekat dan paku. Hasil yang direncanakan : tempat tisu, asbak, gantungan kunci dll. Tujuan sasarannya adalah membuat produk cinderamata dari bahan kayu kelapa dan memperoleh teknologi yang tepat. | Sutiman | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1998 | Kayu kelapa |
6904 | Pengembangan Methode Pengolahan Serat Agel Sebagai Bahan Baku Kerajinan Siap Pakai Untuk Industri Kerajinan Tahun 1983/1984 Kode Panggil: BBKB/677.521/Rah/p/8 |
R. Rahardjo | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1984 | Serat agel | |
6905 | Pengembangan Teknologi Produk Industri Kerajinan Dari Bahan Baku Batang Kelapa Kode Panggil: BBKB/684/-/p/91-92/c |
Berdasarkan hasil pengamatan baik lapangan maupun di Laboratium,ternyata secara keseluruhan kayu kelapa tidak dapat dijadikan barang kerajinan. Bagian batang kayu kelapa yang tidak dapat dijadikan barang kerajinan tersebut antara lain : kulit kayu, gabus dan lain-lainnya. Sedangkan bagian batang kelapa yang dapat dijadikan barang kerajinan, meliputi antara lain bentuk-bentuk : meja kursi tamu, barang-barang bubutan dan tempat tidur. | Ir. Soemarsono | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1992 | Kerajinan kayu Kelapa |
6906 | Pengembangan Desain Produk Mebel Kayu Kombinasi Laminasi Bambu Dan Kayu Kelapa Kode Panggil: BBKB/684/Ja'i/p/2004 |
Industri kerajinan mebel kayu merupakan salah satu komoditi yang banyak tumbuh dan berkembang di Indonesia,hal ini ditunjang dengan tersedianya sumber alam yang berupa bahan kayu serta sumber daya manusia yang memadai, produknyapun banyak diminati konsumen lokal maupun diekspor ke beberapa negara, sehingga devisa yang disumbangkan kenegara cukup berarti. Saat ini produk kerajinan mabel kayu yang banyak di ekspor adalah berupa mabel yang masih mengguankan bahan kayu utama (komersil)seperti kayu jati dan mahoni, dimana saat ini penyediaan bahan kayu tersebut sudah amat terbatas. Dengan adanya teknologi laminasi iratan bambu pemakaian bahan kayu alternatif dapat digunakan pada pembuatan produk mabel yang dapat bersaing dipasr global dengan nilai tambah dan penerapan tenaga kerja yang cukup besar. Adapun maksud penggunaan kombinasi laminasi iratan bambu pada mebel kayu adalah unutk menimbulkan aksen/image(kesan)yang tidak monoton, sehingga produk tersebut mempunyai ciri yang khusus, lain dari pada produk mebel umumnya. Penggunaan laminasi iratan bambu pada mebel kayu unutk bagian atas (top),samping(side)dan/depan sebagai pengisi dari kontruksi mebel kayu. Bambu yang digunakan adalah bambu Wulung(Gigantochloa atter)/sering disebut bambu hitam, prosesnya terdiri dari persiapan bahan meliputi: pemotongan,pengawetan, dan pengasapan/pengeringan,pembelahan dan pengiratan,penempelan iratan pada media (triplek) dengan lem,pengepresan dan penghalusan/penghilangan kulit luar bambu,dan siap dirangkai/diasembling. Dari hasil uji coba dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan disain produk mebel kayu kombinasi laminasi bambu dan kayu kelapa dapat dibuat produk-produk mebel kombinasi laminasi bambu dengan nilai seni tinggi dan mempunyai daya jual yang menjanjikan, serta dapat meningkatkan nilai tambah (value added),dan merupakan produk alternatif yang dapat bersaing. | Ir. Mahdi Ja'far | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 2004 | Mebel Kayu ,kayu kelapa,bambu |
6907 | Pengembangan Produk Tempurung Untuk Kerajinan Dan Mebel Kode Panggil: BBKB/634.616/Suh/p/2 |
Tempurung kelapa merupakan hasil ikutan dari suatu kegiatan usaha pengolahan buah kelapa, selain tersedianya cukup banyak sifat dari tempurung kelapa yang keras dan getas juga mempunyai permukaan yang menarik berwarna coklat serta bergaris2 putih merupakan ciri khas dari tekstur tempurung kelapa yang potensi untuk dibuat produk kerajinan dan mebel kayu kombinasiyang bernilai seni tinggi. Teknik pembuatan produk kerajinan dan mebel dari bahan tempurung kelapa dapat dilakukan dengan teknik aplikasi pembuatan bahan baku siap untuk kerajinan sepeerti pembuatan kancing dan teknik laminasi. Bahan baku kancing untuk membuat tas place-mate dengan teknik tempel dan jahit, sedang teknik laminasi yaitu dengan cara tempurung dipecah dengang ukuran tertentu, kemudian direkatkan pada media tempel kemudian dipres dengan tekanan rendah. Hasil laminasi tempurung dapat langsung dibuat produk house-ware/dikombinasikan dengan mebel kayu sebagai pengisi bagian atas (top), samping (side), dan bagian depan (front). | Ir. Dwi Suheryanto | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 2004 | Tempurung untuk Kerajinan |
6908 | Pengembangan Disain Mebel Kombinasi Bahan Baku Kode Panggil: BBKB/684.04/Han/p/97 |
Pengembangan Disain mabel kombinasi bahan baku ini berjuan untuk menganekaragamkan produk dengan memadukan berbagai bahan baku untuk mendapatkan formulasi desain yang mempunyai daya saing pasar. Cara pengembangannya melalui beberapa tahapan diantaranya: Survey literatur dan lapangan, pra desain, perencangan desain, pembuatan prototip, dan uji coba lapangan. Pengembangan desain produk tersebut dihasilkan desain berupa: meja dan kursi tamu, meja dan kursi teras, meja dan kursi makan, penyekat ruang, dan meja kursi rias, yang keseluruhan desain tersebut di ujudkan menjadi prototip. Hasil pengembangan desain mebel kombinasi bahan baku dan pembuatan prototip ini, setelah dievaluasi baik teknis maupun ekonomis, selanjutnya diuji cobakan di perusahaan, yakni di perusahaan mebel di Semarang dan di Bantul Yogyakarta. | Drs. Handoyo | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1998 | Mebel |
6909 | Penelitian Pencegahan Keretakan Barang Ukiran Kayu Tahun 1978/1979 Kode Panggil: BBKB 674.5 Soe p 78 |
Tulisan ini merupakan laporan penelitian pencegahan keretakan dari barang2 ukiran dari kayu sebagai realisasi dari proyek penelitian Batik dan Kerajinan tahun anggaran 1977/1978 dan 1978/1979. karena sesuatu hal maka penelitian tahun anggaran 1977/1978 belum dapat menarik kesimpulan yang mantap, sehingga pelaksanaan penelitian perlu diteruskan di tahun berikutnya. Dalam penelitian tahun 1977/1978 dicoba untuk keretakan contoh2 patung dari kayu eben dan sawo,yang dibeli dari Bali dan dari pedagang yang berjualan di candi Borobudur. contoh patung dibedakan antara patung masif yakni patung 60%/lebih dari padanya terdiri dari bagian2 yang mempunyai garis tengah sama/lebih besar dari 30% dari patung rumit, yakni patung yang 30% lebih dari padanya terdiri dari bagian2 yang mempunyai garis tengah sama/lebih dari 4 mm. Sebagian bahan pemantap (pencegahan keretakan) dipergunakan larutan PEG.1000 (Poly Ethylene Gilycol berat melokul 1000) yang dibeli dari P.T Hoechest Indonesia dan UA 104,dibeli dari P.T Palmolite adhesive industry. | JFR. Soediwinardi,B.Sc. | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1979 | Keretakan barang dan ukiran kayu |
6910 | Penelitian Pencegahan Keretakan Patung /Barang-Barang Ukiran Kayu Tahun 1979/80 Kode Panggil: BBKB 674.5 Soe p 79- |
Pada penelitian stabilitasi dimensi kayu di tahun2 yang lalu, telah dicoba berbagai cara stabilitasi, diantaranyaadalah dengan memasukkan bahan stabilisator kedalam kayu, atau yang lazim disebut sebagai methoda bulking. Bahan2 stabilisator tersebut adalah PEG 1000, MA 204, UA dan Fix oil. Ternyata bahwa bahan2 tersebut cukup baik digunakan untuk maksud stabilisasi dimensi kayu. Sebagai kelanjutan penelitian2 yang terdahulu, maka pada periode 1980/1981 ini dicoba cara stabilisasi dimensi kayu dengan menekankan pada proses pengeringan. Seperti diketahui bahwa tingkat kekeringan kayu merupakan salah satu penyebab/berpengaruh terhadap kestabilan dikensi kayu. sebagai media pengering, dapat digunakan minyak mineral. Dalam penelitian ini, dipilah salah satu jenis minyak mineral yaitu minyak pelumas sebagai media pengering kayu. pemilihan minyak pelumas ini didasarkan pada kenyataan bahwa minyak pelumas ini didasarkan pada kenyataan bahwa minyak pelumas memiliki titik didih dan titik nyala yang tinggi, sehingga menguragi resiko terjadinya kebakaran selama pemanasan. | JFR. Soediwinardi,B.Sc. | Balai Besar Kerajinan Dan Batik | 1980 | Keretakan patung dan ukiran kayu |