Jumlah Data : 7026
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
6307 | Penelitian perkembangan Soga-Soga Batik Tahun 1981/1982 Kode Panggil: BBKB/667.2/Rah/p/81- |
R. Raharjo | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik | 1982 | soga batik | |
6308 | Identifikasi Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Batik Di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Kode Panggil: BBKB 75.02 Kan i 95-96 |
Batik DKI yang dirintis tahun 1700-an saat pemerintahan kerajaan mataram, mencapai puncak perkembangannya pada tahun 1950-1960-an, dan tahun 1970 mulai surut. kini hampir semua telah gulung tikar atau pindah karena tergusur proyek-proyek perkembangan alat tata kota. Ada satu dua pengusaha yang masih aktif, akan tetapi yang dikerjakan bukan motif asli jakarta. dengan adanya pengkajian motif DKI yang dengan motif daerah lainnya, diharapkan ara pengusaha dan para desainer akan dapat mengembangkan usahanya. Dari motif-motif yang terkumpul ini dapat dijadikan sebagai inspirasi penciptaan desain baru yang khas jakarta. | Kanwil Departemen Perindustrian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Dan BBKB | 1996 | batik jakarta | |
6309 | Penelitian Pemanfaatan Limbah Zat Warna Dalam Proses Pencelupan Kode Panggil: BBKB/628.19/-/p/91-9 |
Penelitian pemanfaatan limbah zat warna dalam proses pencelupan ini dimaksudkan untuk menentukan banyak zat warna, dalam hal ini zat warna naphtol yang tersisa dalam limbah tersebut. Karena zat warna naphtol mempunyai afinitas kecil, maka yang terserap pada kain sedikit sehingga limbah bekas celupan masih dapat simanfaatkan. Penelitian tersebut mencari naphtol yang tersisa dalam larutan limbah/bekas celupan sehingga naphtol yang terserap kain dapat diketahui. Napthol yang ditambahkan untuk pencelupan selanjutnya sama dengan naphtol yang terserap pada kain. Sistem ini memungkinkan diperoleh warna celupan yang seragam dari kain yang dicelup per potong, dengan pemanfaatan larutan/sisa celup. Pengukuran zat warna yang terserap pada kain dilakukan dengan cara pengendapan larutan sisa celup dengan 3 kali ulangan. Percobaan dilakukan terhadap mori primissima yang sudah siap dibatik dengan motif kawung, wori-wari dan lokoan Yogyakarta. Sedangkan ukuran mori 30 cm x 30 cm, vlot 1:15 dengan penggunaan zat warna naphtol 3 gr/1. Naphtol yang dipakai yaitu naphtol ASG, ASD, dan ASBO, dibangkitkan dengan garam blue B dan Red 3 GL. Penambahan naphtol dan garam kedalam larutan bekas celupan dilakukan sampai 7x dan dapat dipakai untuk mewarnai/mencelup 7 sampel mori ukuran 30 cm x 30 cm. | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik | 1992 | limbah zat warna | |
6310 | Studi Pengembangan Penyediaan Bahan Baku Zat Warna Alam Untuk Industri Batik Kode Panggil: 667 - s c.1 |
Institute Teknologi Bandung | 1979 | warna alam | ||
6311 | Batik Klasik (Classical batik) Kode Panggil: 75.02 Ham b c.3 |
Buku ini menguraikan tentang Batik Klasik. Klasik dalam cara membuatnya maupun klasik mengenai motif batiknya. Sebelum menguraikan proses membatik, terlebih dahulu diuraikan tentang perlengkapan/peralatan, canting, mori dan pola dan lilin. Selanjutnya dijelaskan mengenai mbabar yang meliputi bahan untuk mbabar dan proses mbabar batikan menjadi kain. Pada ngetel mori dan membuat kain sekar diuraikan tentang cara ngetel mori dan membuat kain sekaran, beberapa macam warna, bahan dan cara membuatnya. Seabagai penutup dimuat 207 contoh-contoh motif kain batik yang meliputi motif parang, geometri, banji, tumbuh-tumbuhan menjalar dan air, bunga dan satwa dalam alam kehidupannya. | Drs Hamzuri | Djambatan | 1981 | batik klasik |
6312 | Penelitian Analisa Kayu/Bambu Kode Panggil: BBKB/674/-/p/74-75/c |
Laporan ini berisi hasil penelitian/analysa kayu/bambu berkenan dengan sifat2 dalam penggunaannya sebagai bahan baku barang kerajinan. Sebagai bahan penelitian diambil4 jenis kayu dan 2 jenis bambu yang biasa dipakai sebagai bahan baku barang kerajinan, yakni : - Kayu pulai - Kayu kemiri - Kayu Jamuju - Kayu Mahoni - Bambu apus - Bambu hitam. | Balai Penelitian Batik & Kerajinan | 1975 | kayu/bambu | |
6313 | Pembuatan Alat Canting Cap Sistem Lepas Rakit Kode Panggil: BBKB 621.9 Bal p 94-95 |
Rekayasa canting cap lepas rakit bertujuan untuk meninggkatkan efisiensi pemakaian dalam pembuatannya. Pada canting cap konvensional, tiap canting cap terdapat tangkai, sedang pada canting cap lepas rakit dengan mendesain ukuran yang sama antara canting cap dan tangkainya maka untuk beberapa puluh canting cap cukup memerlukan 2 buah tangkai. Pengoperasian canting cap lepas rakit tidak berbeda dengan canting cap konvensional sehingga bagi operator canting cap, alat hasil penelitian ini tidak menimbulkan masalah. Dari hasil uji coba dapat diketahui bahwa bagian yang dapat dilepas rakit dapat berfungsi baik : bagian tsb stabil dan kokoh sehingga hasil pencapannya baik. | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik | 1995 | Canting cap | |
6314 | Laporan Pelaksanaan Kegiatan PIO Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: BBKB/651.78/Sub/l/19 |
Subardjo, S.Teks | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik | 2000 | kegiatan PIO | |
6315 | Penelitian Komoditas Batik Dan Tekstil Kerajinan Dalam Rangka Penyusunan Konsep Standar Kode Panggil: BBKB/677.8/Wid/p/97- |
Widjiati | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik | 2000 | batik dan tekstil kerjinan | |
6316 | Teknologi Kerajinan Rotan Kode Panggil: BBKB/633.58/Sud/t/c. |
Sudiwinandi | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik | 1982 | rotan |