WhatsApp
batik_priangan_timur_motif_merak_ngibing


 

 

Tasikmalaya, sebuah kota di Jawa Barat, menyimpan kekayaan budaya yang khas, salah satunya adalah batik. Sebagai bagian dari Batik Priangan Timur, Batik Tasikmalaya memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari batik daerah lain di Indonesia. Keunikan motif, harmoni warna, serta teknik pembuatannya mencerminkan nilai estetika yang tinggi serta filosofi mendalam yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Sejarah batik di Tasikmalaya bermula pada abad ke-19, saat budaya keraton dan pengaruh daerah penghasil batik seperti Cirebon dan Yogyakarta mulai menyentuh wilayah ini. Awalnya, batik Tasikmalaya dibuat oleh perajin di lingkungan pesantren dan keluarga bangsawan, sebelum akhirnya menyebar ke masyarakat luas. Pada masa kolonial Belanda, batik dari Tasikmalaya mulai dikenal lebih luas dan menjadi salah satu produk unggulan daerah. Setelah era kemerdekaan, perkembangan batik semakin pesat, menjadikannya bagian penting dari identitas nasional Indonesia. Hingga kini, banyak pengrajin batik di Tasikmalaya yang terus melestarikan dan mengembangkan motif-motif khas daerah mereka, menjaga tradisi agar tetap hidup dan relevan di era modern.

Keindahan Batik Tasikmalaya terletak pada motif-motif khasnya, seperti Merak Ngibing, Daun Kadaka, Kawung Berpadu, Awi Kujang, dan Payung. Setiap motif memiliki makna filosofis yang mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Kehalusan detail dan keindahan setiap goresan membuktikan bahwa batik bukan sekadar kain bermotif, melainkan karya seni yang sarat makna dan sejarah. Keberadaannya terus eksis di tengah perkembangan zaman, tetap bernilai tinggi, dan menjadi warisan budaya yang membanggakan.

Di balik kejayaan Batik Tasikmalaya, terdapat kisah cinta, ketekunan, dan perjuangan dari pasangan Hj. Enok Sukaesih dan H. Cacu Darsu. Melalui Batik Agnesa yang mereka dirikan, pasangan ini telah menjaga nyala Batik Priangan Timur, mempertahankan keasliannya, serta memperkenalkan motif-motif ikonik Batik Tasikmalaya ke kancah yang lebih luas selama lebih dari tiga dekade. Mereka bukan hanya pelestari budaya, tetapi juga inovator yang memastikan batik tetap relevan dan tidak tergerus oleh zaman. Bagi mereka, batik bukan sekadar lembaran kain, melainkan identitas, kebanggaan, dan cerminan kekayaan budaya Indonesia yang harus terus dijaga dan dikembangkan.

 

Gambar 1. Enok sukaesih, pegiat batik Tasikmalaya (Dok. BBKB, 2022)

 

Tak hanya Bu Enok dan Pak Haji Cacu, batik khas tanah Priangan Timur ini semakin dikenal luas berkat tangan-tangan terampil pembatik Tasikmalaya yang tak pernah lelah mewarisi budaya batik di tengah gempuran zaman modern.

 

Lalu, bagaimana kabar batik di daerah kalian, Sobat Industri?

Kalau kamu merasa tergugah untuk ikut melestarikan batik seperti yang dilakukan Bu Enok, jangan ragu untuk menghubungi BBSPJIKB. Di sini, kamu bisa berkonsultasi dan mengasah keterampilan membatik bersama para ahli yang berpengalaman. Yuk, jadi bagian dari generasi yang menjaga dan merawat warisan budaya Indonesia. Karena melestarikan batik, berarti merawat jati diri bangsa. 

 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami:

Unit Pelayanan Publik Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian

Jl. Kusumanegara No. 7 Kota Yogyakarta 55166 , D.I. Yogyakarta.

Telp. 0274-546111 atau WA ke ke https://wa.me/6282223799288 

Bagikan di Media Sosial Anda