Jumlah Data : 7026
No | Judul | Abstrak | Pengarang | Penerbit | Tahun | Subyek |
---|---|---|---|---|---|---|
6831 | Pendidikan Dan Pelatihan Struktural Kode Panggil: BBKB 376.6 Bal p 2008 |
Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan | 2008 | pelatihan | ||
6832 | Pelatihan Kompetensi Kelompok Kerja Bengkel Kode Panggil: BBKB 376.6 Suh p 200 |
Telah di laksanakan pelatihan peningkatan potensi kinerja bengkel di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta jl.Kusumanegara No.7 selama 5(lima) hari setara dengan 40 jam pelajaran dengan peserta sejumlah 10 orang seksi Alih Teknologi dan Inkubasi Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Kompetensi kinerja bengkel merupakan faktor utama dalam mewujudkan kinerja yang optimal di seksi alih teknologi dan inkubasi dalam rangka melayani masyarakat UKM untuk merancang dan membuat serta melakukan inovasi alih teknologi peralatan tepat guna bagi perajin kerajinan dan batik di seluruh pelosok nusantara. Kemampuan untuk merancang, memilih bahan , dan membuat serta finishing peralatan dan memasyarakatkan hasil rekayasa alat teknologi tepat guna merupakan kebutuhan yang paling mendasar pada kelompok kerja bengkel Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Metode pelatihan menggunakan metode andragogik yaitu dengan ceramah diskusi , praktek dan evaluasi. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa kompetensi kinerja bengkel meningkatkan dengan indikator luaran terciptanya sebuah alat teknologi tepat guna yang telah memenuhi kaidah rancang bangun dan alih teknologi dengan tahapan kerja, diantaranya adalah penentuan tema, observasi analisis, hipotensis, plan decider,eksperimen ,realisasi, dan evaluasi. | Suharyanto,ST.MT | Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan | 2008 | pelatihan |
6833 | Penyusunan Konsep SNI Kerajinan dan Batik Kode Panggil: BBKB 389.6 Mah p 2008 |
Telah dilakukan : Penyusunan Rancangan SNI (Revisi) Produk Batik, Tahun Anggaran 2008 sebanyak 4(empat) judul yaitu : 1. Definisi dan penggolongan batik 2. Istilah-istilah batik 3. Definisi dan penggolongan pola batik tradisional 4. Procede batik tradisional Dalam rangka melaksanakan kegiatan penyusunan revisi SNI tersebut di atas, tim kegiatan melakukan serangkaian kegiatan mulai dari pengkajian SNI yang akan di revisi, studi pustaka, pendalaman materi tentang peraturan dan persyaratan-persyaratan baru mengenai standardisasi, mengkaji standar pendukung serta melakukan uji ulang terhadap produk-produk batik untuk data pendukung bagi standar-standar yang akan di revisi. Melalui beberapa kali pertemuan dan rapat-rapat teknis dengan tenaga ahli dan stake holder, perguruan tinggi, para petugas fungsional dan pihak-pihak lain yang berkomitmen, akhirnya dapat disusun 4(empat) konsep rancangan batik SNI. Keempat konsep rancangan (revisi) SNI tersebut siap untuk dibahas dalam rapat Pra Konsensus di Jakarta | Ir. Mahdi Ja'far | Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan | 2008 | SNI Kerajinan dan Batik |
6834 | Penelitian Pengembangan Pemanfaatan Kayu Lokal(Non Komersial) Untuk Mebel Kombinasi Kode Panggil: BBKB 674 Suh p 2008 |
Kayu banyak terdapat di negeri kita, hampir setiap pula dapat tumbuh berbagai macam jenis kayu baik yang bernilai ekonomi tinggi sampai pada jenis non-ekonomis (kayu tahun). Di setiap pulau di negeri kita memiliki jenis-jenis kayu unggulan dan antara pulau yang satu dan yang lain berbeda. Sebagai contoh kayu jati dapat tumbuh dan berkembang di setiap pulau, namun kayu jati yang berkualitas terbaik di hasilkan di pulai jawa, khususnya di daerah Cepu, Blora dan sekitarnya. Karena kebutuhan akan kayu yang berkualitas ini antara budidaya dan penebangan tidak seimbang, maka terjadilah kekurangan. Berawal dari sini, usaha untuk menutupi dan memanfaatkan kayu lokal dan kayu non-ekonomis mulai mendapat tempat tersendiri sebagai bahan baku pengganti. Untuk memanfaatkan jenis-jenis kayu lokal, agar derajat kwalitas perlu diupayakan serangkaian proses pengolahan baik dari pengawetan, pengeringan sampai proses pengerjaannya. Karena dalam litbang ini diaplikasikan sebagai bahan mebele kombinasi maka diperlukan bentuk dan corak dengan bahan yang dipakai sebagai bahan kombinasi. Dari sekian banyak kayu non ekonomis berdasarkan hasil kajian dan penelitian kayu trambesi dan kayu akasia mendapat urutan atas. Untuk pengawetan kayu dengan bahan kimia yang mengandung racun dengan batas aman dipergunakan bahan yang larut air. Sebab disamping tidak banyak merubah warna juga mudah dilaksanakan dan lebih ekonomis. Untuk menstabilkan dimensi dan ketahanan terhadap serangan jamur dikeringkan minimal 8-120& kadar air. Untuk bahan aplikasi diperlukan bambu, tempurung dan kulit kerang dan batu aji sebagai aksesoris tambahan agar lebih variatif dan lebih menarik. Untuk memproteksi setelah produk jadi digunakan bahan pelapis wood stain mowilex. Bahan ini disamping menambah warna tekstur kayu juga memperkuat lapisan luar setiap permukaan kayu dan lebih tahan lama. Adapun jenis produk sebagai contoh percobaan ada lima macam: 1. Meja tmu persegi 2. Meja tamu model x 3. Meja console 4. Kaca rias dinding 5. Rak buku | Suhono | Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan | 2008 | kayu |
6835 | Pemanfaatan Limbah Penggergajian kayu Ulin Untuk Bahan Baku Ubin Di Kalimantan Timur Kode Panggil: BBKB/674/Suk/p/2002 |
Dalam rangka mengatasi kelangkaan kayu ulin serta mngoptimalkan produk pengolahan kayu serta peningkatan teknologi proses, telah dilakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah hasil pengolahan kayu ulin. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi limbah hasil pengolahan kayu ulin meliputi volume, prosentase limbah, bentuk, ukuran limbah dan sifat fisik mekanik limbah. Kemudian dilakukan studi pengolahan dan pemanfaatan limbah dari data lapangan dan permintaan pasar. Hasil analisa awal menunjukkan bahwa karakteristik kayu ulin memerlukan perlakuan khusus, karena sifat karakteristik kayu ulin yang bersifat khusus antara lain : * Kembang susut kayu ulin sangat besar,trutama dalam keadaan basah * Kandungan minyak/zat terlarut kayu ulin menghalangi proses perekatan * Warna kayu ulin relatif tidak sama. Untuk mencapai sasarn diperlukan perangkaian bilah kayu dengan perekatan menggunakan lem. Perekatan dilakukan secara proses panas dan dingin, perekat yang digunakan adalah perekat polivinil asetat, epoksi, formalin formadehida. | Ir. Sukundayanto | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 2002 | ubin kayu |
6836 | Training on Batik Fashion Design and Production For Small And Medium Enterprises Kode Panggil: BBKB/75.02/Ins/t/200 |
Institute for Research And Development of Handicraft and Batik Industries | 2000 | pelatihan | ||
6837 | Peningkatan Teknologi Proses Batik Di Pondok Pesantren Kode Panggil: BBKB/75.02/Moe/p/200 |
Telah dilakukan kegiatan Peningkatan Teknologi Proses Batik di Pondok Pesantren, yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan peningkatan ketrampilan membatik cap. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Muna yang beralamat di Giriloyo, desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah IStimewa Yogyakarta. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan membatik cap bagi para peserta. Pelatihan ini merupakan lanjutan dari pelatihan ketrampilan batik sebelumnya di tahun 2003 dan dilaksanakan di tempat yang sama, dengan jumlah peserta yang sama pula. Pelatihan tersebut diikuti oleh 20 (dua puluh) orang peserta yang berasal dari 5 Pondok yang berada di kabupaten Bantul. Terdiri dari para perajin batik di Pondok Pesantren masing-masing dan telah berpengalaman atau pernah mengikuti pelatihan membatik dengan baik, yang statusnya adalah santri atau tenaga pengajar (ustaz/ustazah), Ke lima pondok pesnatren tersebut ialah Pondok Pesantren A-Muna, Pesantren Ar-Ramly, Pondok Pesantren Ar-Rahmah, Pondok Pesantren Ar-Rohmah, dan Pondok Pesantren Nurul Izza. Di akhir pelatihan para peserta membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama KUB Batik Al-Muna.; lengkap dengan pengurus dan anggotanya, dan sebagian besar hasil pelatihan yang berupa berbagai produk batik cap dijadikan modal awal. Berdasarkan monitoring yang telah dilakukan, selama tahun 2004 KUB Batik Al-Muna (peserta pelatihan) dengan dibantu Pemda Kabupaten Bantul melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul telah mengikuti bebagai kegiatan antara lain: 1. Semianr sehari Asvokasi Penetrasi Pasar Produk Batik di Yogyakarta. 2. Pelatihan Pemahaman Produksi Bersih di Yogyakarta 3. Pelatihan Penerapan Zat Warna Alam untuk Batik di Yogyakarta 4. Pameran IKM di Bengkulu. 5. Pameran Potensi Daerah (PODA) di Yogyakarta dan juga telah menyelesaikan pesanan pembuatan 60 (enam puluh) lembar sajadah batik. | Moelyono | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 2004 | batik |
6838 | Pengembangan Laboratorium Uji Terakreditasi Untuk Komoditi Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: BBKB/061.62/Pat/p/20 |
Ir .Huzairin Patunrangi | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 2003 | Laboratorium Kerajinan dan Batik | |
6839 | Penelitian Rekayasa Pembuatan Alat Palet Kerucut Kode Panggil: BBKB/621.9/Muh/p/96- |
Proses penggulungan benang pelet dengan alat palet tradisional tidak efisien dan mutu gulungan benangnya kurang baik. Untuk mengatasi hal itu direncang suatu alat palet kerucut yang cara kerja dan hasilnya lebih baik dari alat palet tradisional. Teknologi penggulungan benang, elemen mesin dan bahan merupakan dasar perencanaan. Pembuatan peralatan meliputi kerangka, unit penggulangan dan unit pengantar benang serta unit transmisi gerak. Unit2 tsb selanjutnya dirakit pada rangka. Dari uji coba dapat diketahui bahwa gulungan benang yang dihasilkan alat palet kerucut adalah: berat rata2 = 10,5 gr dan waktu penggulungan 4,0 menit. Pada alat palet tradisional berat rata2= 8,7 gr dan waktu penggulungan 5,2 menit. | Ir. Mochamad Hasanudin | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 1997 | Alat Palet Kerucut |
6840 | Perekayasaan ATBM Lebar 180-200 cm Untuk Bahan Tekstil Kerajinan Dan Batik Kode Panggil: BBKB/621.9/Has/p/200 |
Proses pertenunan adalah proses membuat kain dengan silang menyilangkan benang2 lusi dan benang2 pakan sesuai bentuk anyaman yang direncanakan. Pada ATBM proses pertenunan ditentukan oleh 3 gerakan pokok, yakni pembukuan mulut lusi, peluncuran teropong dan pengetekan. Pembukuan pada mulut lusi pada ATBM hanya ditentukan oleh injakan sehingga waktu untuk peluncuran teropong sangat panjang, lebar kain yang dapat dibuat oleh ATBM ditentukan oleh sejauh mana teropong mampu meluncur. Dengan memperbesar gaya pukul picker dan menambah ukuran teropong (lebih panjang dan lebih berat) maka teropong yang semula hanya dapat meluncur sejauh 130-140 cm menjadi 273-275 cm. Kemampuan luncur yang lebih jauh ini menyebabkan kain yang bisa tertenun mencapai 180 cm. | Moch Hasanudin,S.Teks. | Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik | 2002 | ATBM |